Berdaya Tanpa Batas, SDF Bekali Difabel Netra Jadi Profesional di Era Digital

Berdaya Tanpa Batas, SDF Bekali Difabel Netra Jadi Profesional di Era Digital

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 11 Okt 2025 16:44 WIB
Ilustrasi pelatihan.
Ilustrasi pelatihan (Foto: Istimewa/ Unsplash.com)
Bandung -

Lewat digital marketing dan talking computer, Syamsi Dhuha Foundation (SDF) memfasilitasi sahabat difabel netra (DN) untuk meningkatkan kemampuan agar dapat bersaing di dunia kerja.

Hal itu dilakukan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan ini untuk memaknai Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) 2025 yang diperingati setiap Kamis minggu kedua Oktober.

Berdasarkan data The International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB), terdapat 43 juta totally blind dan 295 juta low vision di dunia yang sebagian besar berada di negara berkembang, termasuk Indonesia dengan 3,7 juta totally blind dan 10,8 juta low vision.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelatihan itu dilakukan pada Sabtu (11/10/2025) dalam 'Inspirational Talk 'Create Your Own Path to Success' yang menghadirkan empat sahabat DN yang pada kesempatan itu memberikan motivasi dan berbagi pengalaman.

"SDF bekali DN dengan program dan keterampilan yang relevan dan bernilai di dunia kerja. Dengan akses ke teknologi dan pelatihan yg tepat, mereka bisa lebih mandiri, miliki peluang kerja yang lebih luas, dan berkontribusi aktif di masyarakat," ucap Dian Syarief, Founder SDF yang penyandang low vision dan lupus dalam keterangannya.

ADVERTISEMENT

Dian menuturkan, pelatihan Digital Marketing for The Blind tingkat dasar telah selesai dilakukan pada 4 September hingga 3 Oktober lalu yang akan diteruskan ke tingkat lanjutan dan mahir.

Kemudian pelatihan Artificial Intelligence dijadwalkan berlangsung pada April 2026, sementara Talking Computer for The Blind' merupakan kelanjutan dari kelas dasar yang diselenggarakan sebelumnya.

Adapun empat sahabat DN yang menjadi narasumber ialah Ernawan Salimsyah, Taufik Faturohman, Ramadika serta Robby yang keempatnya memiliki kekurangan pada penglihatannya.

"Walau alami katarak kongenital yg sebabkan low vision sejak lahir, Ernawan Salimsyah dikondisikan oleh orang tuanya seperti anak dengan penglihatan 100% dan bersekolah di sekolah umum. Hal ini rupanya berpengaruh pada capaian yangg diraihnya baik secara akademik maupun karir profesionalnya," ujarnya.

Sementara Taufik Faturohman, mengalami penurunan penglihatan karena retinitis pigmentosa. Namun ia mampu menyelesaikan studi S1 di ITB dan mulai menekuni bidang bisnis, ekonomi dan keuangan hingga kini menjadi dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB.

Kemudian Ramadika mengalami penurunan penglihatan karena glukoma dengan sisa 10-15%. Meski begitu, ia kini sukses menjadi sarjana peternakan dan menekuni bisnis ekspor impor.

"Meski dengan kelainan nystagmus tak halangi hasrat Robby untuk tekuni bidang audio visual yangg menjadi bekal hidupnya hingga saat ini. Setelah selesaikan studinya di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, Robby asah kemampuan secara autodidak dengan rajin ikuti berbagai tutorial dan mengaplikasikannya langsung ke berbagai proyek yang dipercayakan kepadanya. Terbukti dengan tekuni bidang yang disukai akan buahkan keberhasilan," jelas Dian.

Sebelumnya, SDF juga berkolaborasi bersama ITB Ultra Marathon 2025 dengan mengikuti fun walk & run bersama sahabat difabel pada 24 Agustus 2025 di area CFD Jakarta yang saat itu dihadiri juga oleh Menkes RI Budi Sadikin dan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dan virtual run #RunForTheBlind sejak 17 Agustus - 12 Oktober 2025.

"Sebagai bentuk dukungan nyata untuk pemberdayaan DN. Donasi yg terkumpul akan digunakan untuk membantu program SDF, antara lain pelatihan digital marketing dan beasiswa bagi DN," tandasnya.

(bba/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads