Siapa Pemilik Gorengan Cendana? Ini Sosoknya

Sang Juragan

Siapa Pemilik Gorengan Cendana? Ini Sosoknya

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 28 Jan 2025 13:30 WIB
Yusuf Amin, pendiri Gorengan Cendana di Kota Bandung.
Yusuf Amin, pendiri Gorengan Cendana di Kota Bandung. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Rambutnya memang sudah banyak dipenuhi uban. Tapi untuk urusan meracik hingga mengolah adonan menjadi aneka gorengan yang lezat untuk disantap, pria yang kini berusia 72 tahun ini masih begitu cekatan kala membolak-balik campuran bahan di atas wajan penggorengan.

Namanya adalah Yusuf Amin. Ia merupakan pria di balik berdirinya Gorengan Cendana di Kota Bandung yang melegenda. Sebab setiap hari, kedainya nyaris tak pernah sepi diburu pelanggan dari berbagai kalangan yang datang untuk memesan supaya tak kehabisan.

Gorengan Cendana sudah sejak lama menjadi ikon kuliner di Kota Bandung yang begitu melegenda namanya. Aneka gorengan seperti pisang goreng, toge tahu (gehu), bala-bala atau bakwan sampai combro dan molen menjadi sajian yang dihidangkan dari olahan Yusuf sejak 1977 silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak merintis usaha jualan gorengan dari awal, Yusuf menyadari kualitas menu dagangannya harus tetap ia pertahankan. Alhasil, usaha yang ia dirikan masih terus bertahan dan tak pernah sepi diburu pelanggan.

"Sebetulnya mah sama aja, cuma saya (cara gorengnya) masih tradisional. Terus kalau yang saya pertahankan itu dari rasa sama kualitasnya, makanya banyak yang ngomong gorengan saya mah beda sama yang lain," kata Yusuf saat berbincang dengan detikJabar di kedainya.

ADVERTISEMENT

Pada saat merintis usahanya di tahun 1977, Yusuf memilih Jalan Cendana di wilayah Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung sebagai tempat awal jualan. Bermodal gerobak yang ia dorong dari kontrakannya di Cihaurgeulis ke bilangan jalan itu, dari sini lah awal mula Gorengan Cendana muncul dan membuat namanya melegenda hingga sekarang.

Namun, sebelum nama Gorengan Cendana tenar, Yusuf tak luput dari pahit-manis pengalaman yang dia rasakan. Sebab di Bandung, dia merupakan perantau yang berasal dari Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar).

Yusuf tiba di Bandung pada 1974 saat usianya masih 21 tahun. Keputusan merantau pun harus diambil meski ia begitu berat hati meninggalkan sang istri, Sumarni, yang sedang hamil tua anak pertamanya.

Yusuf Amin, pendiri Gorengan Cendana di Kota Bandung.Gorengan Cendana di Kota Bandung. Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

Bermodal bekal Rp 500 dari mertuanya, uang itu lalu Yusuf gunakan sebagai ongkos perjalanan menuju Kota Kembang. Setibanya di Bandung, ia lalu menumpang menginap di rumah kakak sepupunya di wilayah Cihaurgeulis.

Sebagai seorang perantauan tanpa bekal pendidikan yang matang, Yusuf menyadari harus berusaha lebih keras dari yang lainnya. Pria yang tak menamatkan SD itu pun lalu mendapatkan jalan setelah ada seorang kenalan yang meminjamkan gerobak kepadanya supaya bisa berjualan.

Tanpa mau menunggu waktu lama, sekoteng lalu dipilih sebagai usaha jualan pertama Yusuf di tanah rantauan. Dari Cihaurgeulis, gerobak sekoteng itu kemudian mulai dia dorong hingga ke sejumlah tempat seperti Taman Sari, Cihampelas, hingga ke Gegerkalong di dekat pesantren milik Abdullah Gymnastiar atau Aa Gim.

Jualan sekoteng tak bertahan lama. Setelah berbagai pertimbangan, pada 1977, Yusuf memutuskan banting setir dan memilih berjualan gorengan. Dari situlah kemudian, Gorengan Cendana lahir dan namanya melegenda hingga sekarang.

"Pindah jualan ke gorengan itu karena bisa dibilang capek pas dagang sekoteng. Tapi untungnya istri saya bisa nyimpen uang. Jadi sedikit-sedikit ngumpulin, terus bisa beli roda buat jual gorengan," ucap Yusuf mengenang kembali zaman-zaman awal ia merintis usaha gorengan.

Gorengan Cendana pun seakan membuka jalan bagi Yusuf untuk menggapai mimpi-mimpinya. Dengan mempertahankan prinsip menjaga kualitas dagangannya, Gorengan Cendana mampu menguliahkan 4 anak lelaki Yusuf, dengan anak kedua dan keempat kini yang sudah berdinas sebagai dokter di rumah sakit.

Meski tak merinci berapa pendapatan yang bisa Yusuf dapatkan dari Gorengan Cendana. Tapi setidaknya, Yusuf bisa menghabiskan puluhan kilogram adonan dengan omzet yang mencapai sekitar puluhan hingga seratusan juta setiap bulan.

"Namanya usaha pasti ada naik turunnya. Tapi buat saya sekarang, jalannya Alhamdulillah sudah dibuka sama Allah," begitulah obrolan Yusuf bersama detikJabar.

Menutup perbincangannya, Yusuf pun tak sungkan berbagi tips maupun pengalaman bagi siapa saja yang berencana merintis usahanya. Salah hal penting menurut pria yang sudah menunaikan ibadah Haji pada 1988 ini adalah, kerja keras, sabar dan ikhtiar menjadi kunci utama jika ingin bertahan mengembangkan usaha.

"Harus kerja keras, harus sabar. Karena usaha apa yang penting bisa jaga kualitas, rasa, supaya bisa ngejaga kepercayaan pelanggan," pungkasnya.

(ral/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads