Sebelum matahari terbit, Marini (40) telah sibuk merekatkan kertas untuk membuat sebuah terompet berjenis bong. Terompet tersebut diproduksinya untuk dijual saat momen libur Natal dan Tahun Baru.
Dia memproduksi terompet di kediamannya, di Kampung Stasion Utara, Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Nampak terompet yang telah jadi digantung dan ditumpuk siap untuk dijual.
Terompet tersebut diproduksi secara rapih dan apik oleh Marini. Dia menjual terompet tersebut hanya saat bulan Desember dan setelah pergantian tahun baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bikin terompet dari 10 tahun yang lalu. Saya produksi dibantu suami, terus yang jualannya mah kadang suami dan anak saya. Tapi kebanyakan mah dititipin di warung-warung," ujar Marini, saat ditemui detikJabar di kediamannya.
Marini mengaku, biasanya dia membantu usaha sang kakak memproduksi makanan kacang. Kemudian malam harinya dirinya kerap membuat mainan kuda lumping, perahu dan perahu-perahu kecil.
"Jadi produksi terompet mah cuma Desember aja we. Sehari-hari mah ya bantu usaha kakak saya we produksi makanan kacang. Terus setelah itu saya suka bikin mainan buat jualan juga," katanya.
Dia menjelaskan, produksi terompet jenis bong dilakukan sejak pukul 03.00 WIB dini hari hingga 20.00 WIB. Dalam pembuatannya dia dibantu oleh suaminya.
"Sehari bisa bikin 30 kodi dari jam 3 subuh sampai jam 8 malam. Itu dibantu suami alhamdulillah," jelasnya.
Setiap tahun, Marini mengaku kerap memproduksi terompet ratusan kodi. Menurutnya pembuatan terompet sudah mulai dilakukan sejak awal Desember dan dilakukan setiap hari sampai menjelang tahun baru.
"Biasanya setiap tahun selalu menyiapkan 500 kodi, tapi tahun sekarang mah menurun. Saya cuma nyiapkan 400 kodi mah ada lah," ucapnya.
Dia mengaku, dari usaha terompetnya bisa meraup cuan yang cukup lumayan. Dengan cuan yang menggiurkan tersebut membuat dirinya selalu jualan terompet saat akhir tahun.
"Pendapatan mah dulu mah bisa sampai Rp 20 juta. Tapi kalau sekarang mah ya kalau habis ada lah sekitar Rp 15 juta pendapatan dalam sebulan," bebernya.
Harga satu terompet bong yang dibuat Marini, dijual dengan harga Rp 3 ribu. Namun dirinya hanya menjual terompet tersebut per satu kodi dengan harga Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu.
"Jadi memang kebanyakan yang beli di sini mah buat di simpen di warung-warung aja. Biasanya pembelinya ya di sekitar Banjaran aja," kata Marini.
Dia menambahkan terompet tersebut memiliki bahan, di antaranya adalah kertas duplek, kertas voil dan satu bong buat tiupan terompetnya. Menurutnya pembuatan terompet tersebut mudah dilakukan.
"Iya kalau yang susah mah bikin rawisan, harus pakai kater satu-satu. Kalau ngelemnya mah gampang lah cepet," pungkasnya.
(mso/mso)