Harga Kebutuhan Pokok di Kota Bandung Rentan Alami Fluktuasi

Harga Kebutuhan Pokok di Kota Bandung Rentan Alami Fluktuasi

Bima Bagaskara - detikJabar
Senin, 11 Nov 2024 15:00 WIB
Ilustrasi telur dan sembako
Ilustrasi sembako (Foto: Pixabay/EmAji).
Bandung -

Kota Bandung sebagai salah satu pusat ekonomi Jawa Barat menghadapi tantangan dalam kestabilan harga kebutuhan pokok. Pasokan yang bergantung pada daerah lain membuat Kota Bandung rentan terhadap fluktuasi harga.

"Kota Bandung sangat bergantung pada pasokan dari luar kota hingga 94,5 persen. Hal itu membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga," kata Kepala Bagian Perekonomian Setda Kota Bandung, Tubagus Agus Mulyadi, Senin (11/10/2024).

Menurut Tubagus, jelang perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) 2024, permintaan terhadap kebutuhan pokok dan komoditas tertentu cenderung meningkat. Hal itu, kata dia, dapat memicu inflasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, potensi curah hujan tinggi di Jawa Barat saat ini jadi tantangan yang bisa berdampak pada produksi pangan dan rantai pasok. Ia juga menyoroti peran sektor pariwisata yang turut mendorong peningkatan inflasi di akhir tahun.

"Kami mengajak seluruh anggota TPID dan sektor swasta untuk berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga, serta mengimbau masyarakat untuk mengelola konsumsi secara bijak," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pemkot Bandung juga terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi dan pengendalian inflasi jelang Nataru. Pj Sekda Kota Bandung, Dharmawan meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menerapkan kebijakan strategis dalam memperkuat stabilitas harga.

"Di antaranya dengan pengembangan infrastruktur dasar dan pasar, serta kolaborasi lintas daerah dan operasi pasar di titik strategis termasuk melalui program Buruan SAE yang mendukung sistem pertanian lokal," ucap Dharmawan.

Berdasarkan laporan BPS, tingkat inflasi Kota Bandung pada Oktober 2024 tercatat sebesar 1,66 persen (year on year), dengan inflasi bulanan sebesar 0,04 persen, dan 1,01 persen secara year to date. Angka ini masih berada dalam rentang target inflasi provinsi dan nasional, yaitu 2,5% dengan toleransi plus minus 1%.

"Perlunya perhatian terhadap beberapa faktor risiko, seperti fluktuasi harga pangan, situasi sosial-politik menjelang Pilkada, biaya transportasi, dan komoditas lainnya yang dapat mempengaruhi inflasi," tutup Dharmawan.




(bba/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads