Mendengar sampah erat dengan bau tak sedap, jorok dan menjijikkan. Tapi, siapa sangka saat ini limbah bekas bisa menjadi berkah bahkan emas batangan.
Untuk mengubah sampah menjadi emas, warga cukup mengumpulkan sampah plastik maupun botol atau kaca. Bahkan, sampah organik dan anorganik pun bisa dimanfaatkan dan bernilai.
Aktivitas mengubah limbah menjadi produk tepat guna yang bernilai ini dilakukan oleh Bank Sampah Induk (BSI) Sahate Pangandaran. Salah satu kelompok yang mengelola dan mengolah sampah menjadi bernilai .
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJabar mencoba mengunjungi lokasi pengolahan sampah BSI di Desa Cikembulan, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran pada Kamis (26/9/2024) siang. Bau tak sedap memang sedikit tercium dari jarak 100 meter. Namun, lokasi tersebut menghasilkan berbagai pundi-pundi rupiah hingga emas.
Salah satu pengelola BSI Sahate Pangandaran Rian Hidayat mengatakan jalan terjal mengelola bank sampah ini tidaklah mudah. Apalagi, mengajak orang untuk mengerjakan yang awalnya tidak pasti.
"Karena kerjanya ngurusin sampah jadi tidak mudah untuk mengajak orang bergabung," kata Rian kepada detikJabar, Kamis (26/9/2024).
Menurutnya, dalam mengajak orang itu harus dengan kepastian apalagi saat merintis belum menghasilkan rupiah. "Dulu saat merintis masih bingung harus gimana dan arahnya ke mana," ucap dia.
Ia mengatakan waktu itu bank sampah di Cikembulan mulainya berjalan sejak tahun 2019. Bank sampah yang dikelola Rian dan kawannya diresmikan oleh Gubernur Jabar yang kala itu dijabat Ridwan Kamil. Asa kian menyala saat PT Pegadaian menggelontorkan corporate social responsibility (CSR) untuk bank sampah tersebut.
Namun saat itu pengelolaan bank sampah tidak berjalan dengan baik. Melihat kondisi itu, Rian dan beberapa rekan lainnya inisiatif untuk mengelola kembali tempat tersebut yang fokus terhadap konservasi lingkungan.
"Awal mulanya kami berjalan itu sekitar tahun 2021. Dulu hanya segelintir orang saja, mencoba berbagai hal terkait bank sampah," ucapnya.
Awalnya, Rian pun belum mengetahui bank sampah itu apa, arahnya ke mana dan fungsinya. "Cuman lama-lama mencoba untuk mengembangkan bank sampah tidak bisa bekerja sendirian, otomatis kita butuh rekan di setiap daerah," katanya.
"Waktu itu kami berpikir, nggak mungkin juga pengelolaannya hanya di desa Cikembulan saja. Sehingga pada 2021 awal mencoba untuk ekspansi ke setiap desa di Kabupaten Pangandaran," sambung Rian.
Seiring berjalannya waktu awal tahun 2024 bank Sampah di Pangandaran ada sebanyak 31. Secara tidak langsung menjadi bank sampah unit di Pangandaran.
"Dengan sendirinya bank sampah Sahate yang awalnya menjadi bank sampah tingkat desa, kita distatuskan menjadi bank sampah induk Kabupaten Pangandaran," ucap dia.
Secara tidak langsung, kata dia, yang awalnya konsentrasi di pengelolaan sampah, sudah menjadi bank sampah induk. "Dari mulai pendirian setiap desa, pendampingan, melakukan advokasi terkait pengelolaan sampah di Pangandaran yang terkendala aturan dan kebijakan," ucapnya.
Ia mengatakan awalnya hanya pengolahan sampah anorganik saja. Saat ini pihaknya mengelola berbagai jenis sampah, mulai dari plastik, botol, kertas hingga limbah rumah tangga, hotel dan restoran.
"Alhamdulillah Januari 2024 mulai pengembangan budi daya maggot dan pupuk. Sampahnya itu kita dapatkan dari sampah sisa makan rumah tangga, hotel dan restoran," ujarnya.
![]() |
Mengubah Sampah Menjadi Berkah
Ia mengatakan untuk mengubah sampah bernilai rupiah ada beberapa jenis transaksi. Karena tujuan diadakan bank sampah ini bagaimana cara masyarakat memilah sampah dari sumber.
"Misalkan yang tadinya masyarakat membuang sampah ke sungai, dibakar ataupun dengan cara apapun itu, bank sampah hadir untuk mengedukasi ke masyarakat bagaimana caranya sampah itu dipilah dari rumah masing-masing," katanya.
Sehingga nanti sampah kering dan basah terpisah. Hal ini bertujuan agar mempermudah pengolahan atau daur ulang sampah yang bernilai.
Ia mencontohkan sampah dari rumah ada beberapa jenis, mulai dari sisa makanan dari rumah bisa dimanfaatkan dan dikelola. "Kan bisa menjadi pupuk organik, karena pada dasarnya masing-masing sampah bisa diolah dengan membuat lubang biopori. Nanti sampah-sampah organiknya bisa dimasukin ke sana dan dimanfaatkan jadi pupuk," ucapnya.
Kemudian, sampah kering, kertas, plastik, botol, pecahan beling, semua jenis plastik itu bisa ditabungkan di bank sampah. "Tapi tentunya nanti harus dipilah dengan sampah-sampah basah. Namun hampir semua jenis sampah bisa dikelola dan ditabungkan di bank sampah," terangnya.
Selain itu, bank sampah ini merupakan sebuah pengumpulan atau pengelompokan sampah yang melakukan transaksi penukaran sampah menjadi rupiah, nanti masyarakat bisa memilah di rumahnya masing-masing minimal menjadi 4 jenis.
"Keempat jenis sampah itu di antaranya sampah kertas, sampah besi, sampah logam dan sampah plastik," ucapnya.
Nantinya sampah tersebut diterima bank sampah unit dan akan dipilah lagi sesuai dengan spesifikasinya, yang nantinya bank sampah unit akan diantar ke bank sampah Sahate Kabupaten Pangandaran untuk diolah dan akan didaur ulang lagi menjadi sebuah produk.
"Satu kilonya sampah plastik campuran diterima dengan Rp2.000 sampai Rp 2.500 per kilogram. Namun ada spesifikasi khusus dari plastik sesuai jenisnya seperti galon, panci dan jenis botol plastik lainnya. Jadi bisa kami terima sampai Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram," terang Rian.
Untuk menambah penghasilan, kata Rian, setiap nasabah bank sampah bisa menabungkan uangnya atau menukar menjadi emas sesuai besaran uang hasil konversi sampah ke rupiah. "Misalnya tabungan sampah hasilnya mencapai Rp 50 ribu bisa ditukar dengan emas 0,05 gram, dan seterusnya," ucap dia.
Mengubah Sampah Menjadi Emas
Rian mengatakan sampah yang ditabungkan di bank sampah tidak ada batasan minimum. Masyarakat punya sampah satu kantong kresek pun akan ditampung.
"Satu botol plastik saja oleh petugas kami akan ditimbang misalkan cuman 0,3 gram sampah nanti akan dikonversi ke rupiah. Lalu akan ditabungkan dulu di tabungan konvensional," katanya.
Selanjutnya, jika saldo sudah mencapai minimum buku tabungan emas kalo sudah mencapai nominal uang Rp 50 ribu. "Biasanya kami lihat jika tabungan emas sudah mencapai Rp 50 ribu langsung ditawari, menabung emas atau uang rupiah," ucapnya.
Menurut dia, sampah yang tadinya ditabungkan manual menjadi rupiah kemudian bisa ditabungkan menjadi buku tabungan emas. "Kita ada program memilah sampah menabung emas. Jadi kita kerja sama dengan salah satu BUMN yaitu PT Pegadaian ada program namanya memilah sampah menabung emas," ucap dia.
Rian menambahkan, alat konversi itu menggunakan emas dua puluh empat karat atau emas logam mulia. "Jadi hitungannya kalau tabungan Rp 50 ribu menjadi 0,05 gram," katanya.
Bahkan saat ini nasabah bisa melihat langsung tabungan emas melalui hp pintar dengan satu genggaman. "Nasabah akan bisa update sendiri via Hp. Bisa cek langsung. Saldo kita tabungan emasnya sudah sekian rupiah," ucapnya.
![]() |
Upaya BSI Edukasi Warga untuk Memilah Sampah
Menurut Rian sukses dan tidaknya usaha ini memang kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. "Sebetulnya inti dari permasalahan sukses dan tidaknya BSI ini, dapat edukasi masyarakat secara menyeluruh," kata Rian.
Rian mengaku terus berupaya mengedukasi masyarakat bagaimana caranya tidak membuang sampah sembarangan sehingga sampah yang berserakan bisa bernilai.
"Gerakan bersama edukasi masyarakat. Kita terus mencoba menggerakkan semua lapisan masyarakat untuk terus mengedukasi. Bagaimana caranya sampahku itu tanggung jawabku, dan sampahmu itu tanggung jawabmu," tegasnya.
Sehingga, menurut Rian, ke depan tidak saling menyalahkan karena urusan sampah di Pangandaran bukan hanya pemerintah. "Tidak bisa seperti itu, pada dasarnya yang punya sampah itu kita. Tidak harus menyalahkan pemerintah juga, bagaimana caranya mempunyai tanggung jawab sampah itu sendiri. Baik itu edukasi langsung atau tidak langsung," ucapnya.
![]() |
Pemberdayaan Masyarakat
Rian mengatakan terkait pendapatan sifatnya fluktuatif, itu konsep bank sampah bagaimana caranya masyarakat bisa diberdayakan. "Yang tadinya bank sampah ini mempunyai sampah produktif tadinya masyarakat tidak punya penghasilan menjadi ada penghasilan," ucapnya.
Ia mengaku senang banyak masyarakat yang terberdayakan dari bank sampah ini. "Karena itu tujuan kami, ada orang jadi bekerja punya penghasilan," katanya.
"Terkait besaran selama sebulan fluktuatif. Alhamdulillah ya cukup untuk kehidupan para pegawai di sini," ucapnya.
Kata dia, kerja sama bank sampah dengan pegadaian sudah beberapa kali dilakukan bahkan beberapa kerja sama. "Sudah sejak 2019, pada dasarnya ada bank sampah ini atas CSR dan Pegadaian. Kita didorong oleh pihak Pegadaian supaya mencapai pemberdayaan ekonomi memilah sampah menabung emas," katanya.
Ia mengatakan saat ini sudah ada 300 nasabah yang menabung sampah menjadi emas dan 1.076 nasabah bank sampah. "Alhamdulillah mulai banyak yang teredukasi," ucapnya.
Salah satu warga di Padaherang Eris Riswana (37) mengatakan dirinya sudah hampir setahun menabung sampah menjadi emas. "Alhamdulillah sedikit-sedikit hitung-hitung menabung. Setiap sampah yang dikumpulkan ditabung untuk emas," kata Eris kepada detikJabar.
Menurutnya, meskipun hanya Rp 50 ribu dalam seminggu tapi bisa menghasilkan 0,05 gram. "Ya kan kalau sebulan 200 ribu alhamdulillah bisa menabung investasi," katanya.
Pria kepala tiga itu mengaku sedang mempersiapkan investasi masa depan untuk biaya sekolah. "Saya anak punya tiga kang. Satu sudah masuk SMA, dua lagi masih SD," ucapnya.
Dengan menabung emas itu, kata dia, berharap bisa menjadi tabungan sekolah nanti. "Ya mudah-mudahan saja, bismillah," katanya.
Eris merupakan pengelola bank sampah cabang Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran.
Upaya Pegadaian Bantu Mengatasi Sampah
Sementara itu, Assistant Vice President PT Pegadaian, Mery Andriati Surya, dalam paparannya tentang pemilahan sampah menyampaikan, hanya dengan memilah sampah di rumah masing-masing, masyarakat dapat mengonversi sampah menjadi saldo Tabungan Emas Pegadaian.
"Program memilah sampah menabung emas adalah salah satu upaya kami untuk membantu mengatasi masalah sampah di Indonesia," ujarnya, melansir dari CNN Indonesia pada Kamis (26/9/2024).
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, Indonesia menghasilkan 22,72 juta ton sampah pada tahun 2023. Sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kelima di lautan, pengelolaan sampah menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
(sud/sud)