Jawa Barat dengan luas daratan mencapai 37.040,04 km2 dan garis pantai 988,48 km, menyimpan banyak potensi alam. Berdasarkan posisi geografisnya, bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta, sementara bagian selatan berbatasan dengan dengan Samudra Indonesia.
Bagian timur Jabar berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, dan Barat dengan Provinsi Banten. Jawa Barat terbentuk dari pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), wilayah lereng bukit yang landai di tengah dengan ketinggian 100-1.500 mdpl, wilayah dataran luas di utara dengan ketinggian 0-10 mdpl, dan wilayah aliran sungai.
Bicara soal potensi laut di wilayah Jabar Utara, tak perlu diragukan lagi. Kawasan sekitar Indramayu dan Cirebon memang sudah banyak menyumbang hasil perikanan untuk Jabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2023, Jawa Barat memiliki total produksi perikanan sebanyak 1,5 juta ton. Jumlah itu terdiri dari 1,2 juta ton pada perikanan budidaya, sementara hampir 300.000 ton sisanya adalah perikanan tangkap.
Namun, Anggota DPRD Jawa Barat sekaligus aktivis nelayan, Ono Surono menyoroti soal potensi tersembunyi di wilayah Jabar Selatan. Seperti Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran, yang menurutnya belum tereksplor dengan baik hasil alamnya.
"Termasuk perikanan kita punya 11 Kota Kabupaten yang punya pesisir. Bagian selatan itu masih under fishing ya, belum dieksplorasi dengan maksimal. Nelayannya masih kecil, ya kita harus dorong bagaimana meningkatkan kemampuan nelayan di wilayah selatan itu," ucap Ono.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Barat Hermansyah Manap pun mengiyakan bahwa belum banyak yang bisa dieksplor dari Jabar bagian selatan. Ia menyayangkan representasi perikanan tangkap jauh lebih tinggi dari perikanan budidaya air tawar, padahal potensi perikanan Jabar sangat besar.
"Belum semua potensi itu bisa kita ambil, bisa kita kelola. Potensi laut Jabar itu kan terdiri dari utara dan selatan, nah kedua potensi ini memang terutama yang di selatan itu belum sepenuhnya bisa kita manfaatkan. Ya jadi lebih condong ke utara, memang ada disparitas yang cukup besar lah antara perikanan tangkap utara dengan selatan," kata Hermansyah pada detikJabar.
Ia bercerita bahwa Jabar bagian selatan punya karakter gelombang yang lebih besar dibandingkan di utara. Belum lagi dengan perahu-perahu nelayan yang kecil, berkebalikan dengan kondisi di Jabar utara yang gelombangnya dirasa relatif lebih bersahabat dan ukuran perahunya lebih besar.
Tak heran jika hasil tangkapan di utara itu lebih besar dibandingkan dengan di selatan. Selain itu, Hermansyah menyinggung bahwa infrastruktur di Jabar selatan juga belum optimal dibandingkan infrastruktur yang ada di utara.
"Tantangan yang lainnya pantainya rata-rara curam di sana, kalau di utara itu landai. Sehingga banyak tempat pendaratan ikan, pelabuhan yang bisa didarati oleh para nelayan. Jadi memang infrastrukturnya yang kurang mendukung di selatan ini," ucap Hermansyah.
Belum lagi dengan musim melaut yang belum tentu datang. Gelombang laut pada musim-musim tertentu membuat nelayan di selatan, tak selalu bisa melaut. Pada musim barat misalnya, angin dan gelombang cukup besar juga menjadi kendala.
"Lalu kalau pencemaran ada juga di daerah-daerah muara. Kalau kita dengar-dengar kan seperti Teluk Jakarta, daerah Bekasi, ya itu daerah utara ya memang ada pesan kemarin. Sehingga ikan-ikan itu ya menjauh, agak ke tengah, padahal kapal nelayan kita juga kecil," ujarnya.
Saat ini, sentra perikanan di Jabar Selatan, yakni di Kabupaten Pangandaran dan Sukabumi. Jauh beda dengan Jabar Utara yang punya Indramayu, Cirebon, dan Subang sebagai sentra perikanan tangkap. Sementara budidaya ikan, merata di seluruh kota/kabupaten.
Hermansyah menyebut, PR terbesar untuk DKP Jabar, yakni ingin segera menggarap Jabar Selatan, agar bisa lebih eksplor hasil lautnya. Ia berharap nantinya dana APBD pun bisa lebih fokus pada kelautan dan perikanan.
"Ada sarana-prasarana dasar pelabuhan seperti tripwater, kolam labuhnya, dermaganya. Di selatan itu perahu yang ada, kesulitan. Jadi kalau kita sudah punya sarana seperti pelabuhan yang memadai, kita juga harus siapkan seperti breakwater dan kolam labuh yang cukup dengan jumlah perahu yang ada," tutur Hermansyah.
"Lalu sarana pendukungnya seperti tempat pelelangan ikan, cold storage, ini mungkin akan lebih banyak mendorong para nelayan tersebut untuk melaut dan menantang ombak. APBD kita ada, tapi juga ada dana alokasi khusus masuk ke daerah, ya itu yang kita harapkan. Mudah-mudahan porsinya tahun depan itu bisa lebih besar yang kita dapatkan," sambungnya.
Kelengkapan sarana-prasarana yang ada di pelabuhan, jadi fokus DKP Jabar. Pihaknya memulai perencanaan matang yang disesuaikan dengan anggaran.
"Walaupun mungkin saat ini secara bertahap. Anggaran kita kalau tahun ini Rp128 miliar, tapi kan itu termasuk dengan belanja pegawai hampir separuhnya. Sisanya untuk kegiatan operasional, melengkapi sarana-prasarana," ucapnya.
Kini, potensi kelautan dan perikanan di bagian utara masih terus diharapkan melimpah. Jabar masih harus mencari cara untuk bisa lebih mengeksplor perikanan di Kabupaten Garut, Tasik, dan sekitarnya, agar suatu saat juga bisa dibangun sentra perikanan laut.
(aau/mso)