Setiap hari, puluhan ton sampah dibawa lautan ke pesisir Loji, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Beragam jenis sampah terbawa ke pesisir, mulai dari kain, plastik hingga kayu. Siapa sangka, sampah kayu ini di tangan yang tepat bisa mendatangkan cuan hingga diekspor ke Korea.
Berbagai jenis kayu terdampar di pantai ini, mulai dari potongan balok hingga potongan gelondongan kecil kini tidak lagi hanya menjadi limbah tak berguna. Bagi warga yang tinggal di pesisir Loji, kayu-kayu tersebut justru menjadi sumber penghidupan tambahan.
"Oleh warga dikumpulkan, kemudian dibawa oleh yang mesan di Pangleseran, Kabupaten Sukabumi diproduksi di sana. Setelah hasilnya jadi, kemudian di ekspor salah satunya paling banyak ke Korea," kata Ujang Sofyan (52) pengepul sampah kayu dari pesisir Loji kepada detikJabar, Senin (26/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sofyan, kayu-kayu tersebut nantinya akan dibuat kerajinan berbagai jenis dan bentuk. Setelah jadi nantinya untuk hiasan rumah.
"Untuk dibuat kerajinan, seperti bikin perahu perahu-perahuan, ornamen bunga matahari. Ini sudah 5 tahun dan masih dilakukan sampai sekarang. Paling tidak aktivitas positif dari ini juga bisa mengurangi sampah di pesisir Loji," imbuhnya.
"Jadi diangkut kayu-kayu dari warga ini setiap satu bulan satu kali. Sekali angkut bisa sampai 1 ton sampai 1,5 ton kita beli dari warga dengan harga Rp1000 satu kilogramnya. Tapi enggak nentu kadang 15 hari satu kali, tergantung permintaan," sambungnya.
Lukman (65) salah seorang pengais sampah kayu di pesisir Loji mengatakan ketika musim ikan tidak menentu dan tangkapan mulai sepi, para nelayan pesisir beralih menjadi pencari kayu di antara tumpukan sampah yang berserakan.
![]() |
Kayu-kayu ini kemudian dikumpulkan dengan telaten oleh warga untuk dijual kepada para pengepul. Para pengepul ini kemudian membawa hasil kumpulan kayu tersebut ke Pangleseran, Cikembar. Di sana, kayu-kayu ini diolah menjadi berbagai hiasan dekoratif, mulai dari kerajinan tangan sederhana hingga produk dengan nilai seni tinggi.
"Hasilnya lumayan, kadang sebulan sekali kadang setiap 15 hari. Mulung kayu, kan banyak yang berserakan di pesisir. Kita bawa pakai karung, setelah itu kita pilh dan yang bagus nanti di sortir lagi oleh yang ambil barang," tutur Lukman.
Lukman membenarkan, aktivitas ini menjadi solusi kala musim ikan berakhir. Warga beralih profesi menjadi pemulung kayu, ia juga membenarkan hasil kayu itu akan diolah dan barang hiasn yang akan dikirim salah satunya ke Korea Selatan.
"Alhamdulillah ada manfaat ekonomi bagi warga, tetapi juga kami menjadi bangga karena hari ini kami memulung, hasilnya diekspor ke negara lain salah satunya ke Korea, annyeonghaseyo, dari pesisir Sukabumi!," tutup Lukman.
(sya/dir)