Belasan hektare lahan perkebunan warga di Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi alami gagal panen akibat kemarau. Para petani juga sempat terlibat konflik berebut air dari sungai yang menjadi sumber pengairan kebun dan persawahan.
Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi melalui Balai Penyuluh Pertanian atau BPP Kecamatan Kebonpedes, jumlah total lahan pertanian di Desa Kebonpedes mencapai 100 hektare. Kemudian, 13 hektare di antaranya dibiarkan terlantar karena kurangnya sumber air.
Kepala Desa Kebonpedes, Dadan Apriandani mengatakan musim kemarau yang sudah terjadi dalam tiga bulan terakhir membuat petani kalang kabut. Padahal, perkebunan menjadi mayoritas sumber mata pencaharian warga Desa Kebonpedes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari ratusan hektare tersebut, 13 hektare di antaranya sudah dilaporkan telah terdampak kekeringan. Saya pernah sampaikan juga ke Dinas PU bahwa 60 persen warga di sini berprofesi sebagai petani palawija dan holtikultura," kata Dadan, Sabtu (24/8/2024).
Lebih lanjut, kelompok petani yang terdampak yaitu Kelompok Tani Bojongsoka dan Kelompok Subur Tani. Lahan belasan hektare itu dibiarkan terlantar karena jika ditanami pun akan gagal panen dan menyebabkan kerugian.
"Iya, 13 hektare lahan pertanian itu, dibiarkan saja terlantar. Kalau kalau ditanami padi atau palawija maupun tanaman holtikultura juga, hasilnya tidak akan maksimal. Bahkan, berpotensi gagal panen karena airnya tidak sampai ke lahan pertanian. Kalau dipaksakan mereka pasti mengalami kerugian," ujarnya.
Dadan menyebut, tidak sedikit para petani mengalami konflik akibat berebutan air dari sungai Daerah Irigasi (DI) Cimuncang untuk mengairi lahan pertaniannya.
"Kemarau ini, kan baru tiga bulan ya. Nah, masyarakat sudah galau, kemarin juga ada benturan dari masayarakat dengan adanya kemarau ini, karena perebutan air. Sempat terjadi selisih faham dengan pengaturan airnya," ungkapnya.
Selain menuai konflik antar petani, kekeringan ini juga telah menyebabkan kerugian materil hingga mencapai ratusan juta rupiah. "Ini kan sudah memasuki tiga bulan air itu tidak bisa mengairi lahan pertanian. Kalau dari lahan 13 hektare yang terlantar itu, sekitar Rp130 juta para petani yang mengalami kerugian karena lahannya tidak bisa ditanami padi atau palawija," jelasnya.
Atas kondisi tersebut, pihaknya berharap agar Pemda Kabupaten Sukabumi dapat turut membantu kondisi petani di Desa Kebonpedes. Dia menyarankan untuk membuat saluran irigasi baru untuk mengairi lahan pertanian.
"Hampir semua lahan pertanian di Desa Kebonpedes ini memanfaatkan saluran irigasi Cimuncang. Jadi, kalau saluran irigasi Cimuncang tidak maksimal, pasti dampaknya pertanian di wilayah kami akan kesulitan. Harapannya ada bantuan sarana prasarana dari pemerintah untuk petani, utamanya saluran irigasi-irigasi bisa dimaksimalkan," tutupnya.
(sud/sud)