Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Irjen Pol Risyapudin Nursin menyebut operasional Bus Rapid Transit (BRT) akan mulai berproses tahun depan. Risyapudin memastikan jalur BRT sepanjang 21 kilometer akan disiapkan secara bertahap di Bandung Raya, dimulai dari Kota Bandung pada tahun depan.
"Jadi kami baru saja selesai merencanakan laporan koordinasi terkait dengan rencana pembangunan implementasi angkutan perkotaan. Skema BRT yang akan direncanakan dalam waktu dekat di Kota Bandung. In sya Allah dalam waktu dekat kita akan membangun angkutan transportasi massal dengan skema BRT di wilayah Jawa Barat dari mulai Cimahi, Padalarang, sampai dengan Sumedang kurang lebih 21 kilometer," kata Risyapudin di Terminal Leuwipanjang, Senin (29/7/2024).
Sekedar diketahui, dalam program angkutan massal perkotaan berbasis jalan ini, Jawa Barat dan Sumatera Utara menjadi percontohan. Risyapudin mengatakan dalam upaya optimalisasi angkutan umum, Bandung dan Medan akan dilakukan bersamaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahap pertama, kata Risyapudin, akan dilakukan di tahun 2025, tahap kedua di tahun 2026, dan pembangunan terakhir diproyeksikan selesai di tahun 2027. Risyapudin menyebut pemerintah pusat Kementerian Perhubungan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah provinsi Jawa Barat, kabupaten, dan kota terkait.
"Dengan kegiatan ini semuanya, kita sudah sepakat dan kita akan melakukan suatu langkah kemajuan. Di tahun 2025 ini akan kita segera bangun tahap pertama terkait dengan BRT sendiri, tahap kedua di tahun 2026, tahap ketiga di tahun 2027," ucap Risyapudin.
Ditanya soal bagaimana kesiapan kondisi jalan, arus lalu lintas, dan pola masyarakat di Bandung Raya, Risyapudin mengaku optimis. Meski beberapa pihak sangsi kalau upaya mendorong warga beralih ke transportasi massal tak akan lancar, tapi Risyapudin mengaku pihaknya terus berupaya.
"Ya, insya Allah, ya. Seperti kita tahu Jakarta Surabaya, Medan, yang tadinya semrawut, macet, polusi, padat, ya kan? Sekarang berarti memang dengan adanya suatu Transjakarta, moda itu akan menjamur. Apa yang sekarang kita risaukan itu tidak akan terjadi. Kami mohon doanya aja, ini merupakan suatu implementasi kewajiban pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk hadir membangun transportasi angkutan publik," ucapnya.
![]() |
"Jadi tidak perlu lagi kita mempermasalahkan hal itu, kita akan mencoba memberikan suatu pelayanan yang massal, aman, nyaman, selamat, dan terjangkau murah ya, cukup Rp2.000-3.000 sudah sampai ke beberapa lokasi atau yang diharapkan oleh masyarakat," harap Risyapudin.
Saat ditanya soal apakah berarti terminal legendaris Cicaheum akan ditutup tahun depan, Risyapudin menampik hal itu. Ia mengatakan Cicaheum akan tetap beroperasi seperti biasa, hanya ditambah fungsinya.
Sejauh ini soal BRT, Risyapudin mengaku masih terus melakukan persiapan terkait dengan masalah sosial, masalah angkutan, dan melakukan penghubungan agar jadi moda transportasi yang terintegrasi satu dengan yang lainnya.
"Belum, kalau Cicaheum tetap beroperasi. Tetap beroperasi walaupun nanti ada BRT juga, tetap akan kita laksanakan operasional untuk kendaraan-kendaraan lain, karena ini kita juga menerima dan membutuhkan," ucap Risyapudin.
(aau/yum)