Kawasan industri di Jawa Barat belum maksimal mendorong pertumbuhan ekonomi. Penyebabnya, dari 28 ribu hektare lebih kawasan industri, baru 54 persen di antaranya yang telah terisi.
Kawasan industri sendiri merupakan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang. Di Jabar, ada 38 kawasan industri dengan total luas mencapai 28.328 hektare.
Sayangnya hingga Mei 2024, okupansi kawasan industri di Jabar baru menyentuh angka 54 persen. Karena itu, pemerintah berupaya mendorong investasi di kawasan industri agar okupansinya bisa meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Okupansi baru 54 persen, jadi masih ada tenant yang masih belum terisi di kawasan industri, bahkan ada yang sampai nol," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jabar Nining Yulistiani di Bandung, Kamis (16/5/2024).
Nining menyebut, kawasan industri dengan tingkat okupansi yang masih rendah bahkan nol persen ada di wilayah Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sukabumi.
"Itu yang kawasan industrinya nol mendapatkan tenan. Padahal di sisi lain kawasan industri ini bisa menggenerate atau mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat lebih cepat," ucapnya.
Menurutnya, rendahnya tingkat okupansi terjadi pada kawasan industri yang baru terbentuk. Selain itu, belum lengkapnya insfratruktur pendukung hingga kurangnya promosi juga berpengaruh membuat rendahnya minat.
Karena itulah, Nining memastikan Pemprov Jabar berupaya untuk terus mendorong masuknya investasi di kawasan industri. Selain agar tingkat okupansi naik, kehadiran investasi dapat membuat pendapatan daerah semakin tinggi.
"Keuntungan adanya investasi ke kawasan industri terlihat di wilayah Bekasi, Karawang, Purwakarta, membuat daerah-daerah tersebut pendapatannya lebih tinggi dibanding wilayah lain misalnya di Jabar Selatan atau Timur" ujarnya.
Lebih lanjut, sokongan investasi di kawasan industri mampu menyumbang 41-42 persen pada pertumbuhan ekonomi, ini yang membuat posisi kawasan industri meski di sisi lain menurutnya ada potensi bahaya dengan kondisi yang ada saat ini.
"Untuk industri padat modal itu sebaiknya berorientasi ekspor, memiliki inovasi yang cukup tinggi, kemudian disediakan tenaga kerja yang qualified. Mereka harus bisa mendorong kegiatan industri di kawasannya bisa berkompetisi jika orientasi produknya ekspor," tutup Nining.
(bba/dir)