Kisah Sukses Penjual Warung Nasi, Punya Rumah Gedong-5 Petak Tanah

Kota Bandung

Kisah Sukses Penjual Warung Nasi, Punya Rumah Gedong-5 Petak Tanah

Wisma Putra - detikJabar
Rabu, 03 Apr 2024 05:00 WIB
Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung.
Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Petang menjelang berbuka puasa, suasana lalu lintas di Jalan Otista, Kota Bandung cukup ramai. Keramaian juga tampak terlihat di sebuah warung nasi dengan bangunan rumah lawas bernomor 423.

Dari mulai pedagang asong, pengamen, sopir angkot hingga warga lainnya datang ke warung nasi tersebut untuk membeli nasi bungkus yang akan disantap saat waktu berbuka tiba.

Warga datang dan pergi silih berganti untuk membeli nasi bungkus. Warung nasi ini ramai dikunjungi warga, pasalnya memberikan promo yang cukup menggiurkan bagi pembeli, yakni promo paket murah dan mengenyangkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warung Nasi Bahari Paket 7.000," tulis spanduk berwarna merah yang ada di warung nasi itu.

Siapapun yang melihat promo itu pasti bakal tertarik berkunjung ke warung nasi ini. Bagi masyarakat kecil yang beraktivitas di jalanan, nasi bungkus dengan harga Rp 7.000 cukup berharga karena terjangkau.

ADVERTISEMENT

"Harganya murah, porsinya banyak, saya sering beli ke warung nasi ini," kata Rimansyah (43) seorang sopir angkot usai membeli nasi bungkus di warung nasi tersebut.

Hal serupa juga dikatakan Esih (52), penjual tisu keliling itu menyebut jika harga nasi bungkus di warung nasi tersebut cukup terjangkau. "Harga dan porsi terjangkau, membantu sekali buat saya untuk berbuka puasa," ujar Esih.

detikJabar berkesempatan berkunjung ke Warung Nasi Bahari milik Siti Susanti (31). Kepada detikJabar, Siti menunjukkan nasi bungkus dengan harga Rp 7.000. Wanita asal Wonogiri, Jawa Tengah ini langsung menyendok dua centong nasi dan dimasukkan kedalam kertas nasi, dia juga memasukan tiga jenis lauk yakni tempe orek, sayur tauge, dan sepotong tahu.

"Paket Rp 7 ribu, kita tolong orang dikit-dikit, jangan cari untung terus istilahnya," kata Siti membuka perbincangan bersama detikJabar, Selasa (2/4/2024).

Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung.Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Kembangkan Usaha Warung Nasi Melalui KUR

Siti mengungkapkan, sebelum berjualan di Jalan Otista dan mengontrak sebuah rumah seharga Rp 40 juta per tahun. Siti mengaku awlaanya dia membuka warung nasi di wilayah Palasari, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung dengan harga sewa tempat lebih murah.

"Saya merintis di Palasari Dayeuhkolot, dulu ngontrak di sana Rp 3 juta, ngontrak murah karena dulu saya nggak punya duit, jadi cari yang murah," ungkap Siti.

Siti mengaku, usaha warung nasi tersebut dibangun bersama sang suami Bambang Purwanto tahun 2016 lalu, selepas keduanya menikah dan merantau ke Kota Bandung.

Karena ingin usahanya berkembang dan menjadi besar, Siti pun melakukan pinjaman modal melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI sebesar Rp 40 juta. Warung nasi yang sebelumnya mengontrak di Dayeuhkolot pindah ke Majalaya atau ke wilayah yang lebih ramai.

"Terus saya pindah ke Majalaya, nekat pakai uang BRI (modal KUR), ternyata saya berhasil di Majalaya, modalnya dulu pinjam Rp 40 juta, sampai saya nggak pulang 20 bulan biar jadi orang dulu, pas sudah jadi orang saya pulang," jelas Siti.

Ingin mengembangkan kembali warung nasinya, Siti pun pindah ke Cibaduyut, Kota Bandung. Berharap usahanya semakin untung, usaha Siti dihantam badai COVID-19 dan warung nasinya sepi.

Meski begitu, Siti tak pantang menyerah. Bukan tutup atau gulung tikar, Siti memindahkan usahanya ke tempat yang lebih ramai dan dia pun harus menguras tabungannya demi tempat usahanya pindah ke tempat yang lebih ramai.

Langkah yang ditempuh oleh Siti merupakan langkah tepat, meski dalam kondisi pandemi COVID-19, warung nasinya kembali ramai. Bahkan, uang sewa tempat Rp 40 juta bisa dilunasinya hanya dalam beberapa bulan.

"Sebelum pindah ke sini saya ke Cibaduyut dulu, pas COVID-19 saya pindah ke sini, pas ke sini saya malah lebih berkah, sewa mahal Rp 40 juta per tahun, alhamdullilah ke tutup cuman beberapa bulan saja," terang Siti.

Kunci Sukses Siti Bangun Usaha Warung Nasi

Siti mengaku dia sengaja memasang spanduk 'Warung Nasi Bahari Paket 7.000' agar dapat membantu orang-orang yang ingin makan dengan harga terjangkau. Hal tersebut menurut Siti merupakan kunci sukses dalam membangun usahanya.

"Biar orang lewat bisa masuk, nggak grogi," ucapnya.

Menurut Siti, warga yang membawa uang kurang dari Rp 7 ribu juga tetap dilayani dan tetap bisa makan di warung nasinya.

"Kadang-kadang ada yang bawa Rp 5 ribu, saya kasih, gak kenapa-kenapa yang penting orangnya bisa makan. Orang yang minta aja saya kasih, apalagi yang beli istilahnya," tuturnya.

Disinggung apakah Siti mengalami kerugian? Dia menyebut jika usahanya tak rugi, bahkan dia mengklaim dengan usahanya ini dia berhasil menjadi pengusaha warung nasi sukses.

"Keuntungan? Nyatanya aja saya di sini sukses, sudah jadi orang kalau di kampung. Dulu saya orang merintis, saya kalau di kampung sekarang istilahnya bisa naikan derajat kehidupan," ucapnya.

"Secara hitungan, Rp 7 ribu dapat apa? Kita nggak melulu pikirin keuntungan, orang yang makan macam-macam dan selang-seling, ada yang Rp 10 ribu, Rp 11 ribu, Rp 12 ribu, macam-macam," tambahnya.

Peminjaman modal KUR hingga kini dilakukan oleh Siti, angkanya dari mulai Rp 5 Juta, Rp 10 juta, Rp 25 juta hingga pernah Rp 40 juta.

Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung.Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Rumah Gedong-5 Petak Tanah Berkat Warung Nasi

Siti menyebut, jika dia tidak pernah ambil keuntungan besar di warungnya. Hal itu dilakukan, agar warungnya tetap ramai dan keluarganya tetap mendapatakan keberkahan.

"Omzet Rp 1,5 juta (per hari), saya nggak ambil keuntungan terlalu gede," katanya.

Seperti kepada driver ojek online (ojol), dia tak pernah mengambil keuntungan banyak kepada driver ojol karena menurut Siti mereka sama-sama cari uang.

"Ojol, di sini banyak, saya ke ojol ngasih mudah kalau mau makan. Bedanya Rp 2 ribu, saya kasihan, misal kerupuk, ke umum satuannya Rp 1.000, kalau ke ojol Rp 1.000 saya kasih 2. Saya carinya senang, bukan cari untung terus," jelas Siti.

Menurut Siti, dari hasil merantau dan membangun usaha warteg dia berhasil membangun sebuah rumah gedong dan membeli lima petak tanah sebagai investasi anaknya di masa mendatang.

"Rumah alhamdullilah ada, anggak tingkat tapi cukup luas. Saya ada investasi tanah, misal ada uang Rp 150 juta, ada lagi Rp 150 juta saya belikan tanah, saya investasikan," ujarnya.

"Alhamdulillah sudah punya 5 tanah, sejak pindah ke sini saya punya 2 tahan, pindah ke sini berkah sekali. Sejak bikin promo seperti ini (nasi bungkus Rp 7 ribu)," tambahnya.

Alasan lain, menurut Siti mengapa harga lauk di warung nasinya murah, Siti menyebut lebih baik banyak pembeli dengan keuntungan sedikit daripada keuntungan besar pembeli sedikit. "Banyak duit, kalau jualan sepi puyeng. Mending uang standar, tapi ramai, enak, bener itu enak," imbuhnya.

Cerita Siti Susanti pengusaha warung nasi yang sukses di Bandung.BRI Tower Bandung, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

BRI Salurkan Rp 102 T untuk UMKM

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan dalam rentang waktu terakhir BRI salurkan KUR sebesar Rp 102 triliun untuk UMKM. "Selama enam tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah, dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung," kata Sadmiadi kepada detikJabar.

Selain itu, puluhan miliar dana CSR disalurkan BRI untuk UMKM di wilayah kerja BRI Regional Office Bandung. "Pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp33,4 miliar dari 2020-2023," ujarnya.

Sebagai bentuk perhatian terhadap UMKM, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta dan Tasikmalaya.

"Kami juga lakukan pembina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads