Jalan hijrah dipilih Inggra Dwipo Prayogo (34) untuk mencari kesuksesan. Meski dia pernah menjabat sebagai seorang manager on duty di sebuah hotel di Bali, Inggra memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya demi mendapatkan keberkahan hidup.
Warga Ujungberung, Kota Bandung ini mengisahkan, selepas lulus SMA di tahun 2008 dia berkuliah sekaligus bekerja. Beragam pekerjaan di bidang hospitality digelutinya, dari mulai bekerja sebagai tenaga casual, waitress, supervisor, bartender, bar manager, hingga terakhir sebagai manager on duty.
Pada tahun 2016, Inggra memiliki seorang istri solehah bernama Ria Riawan (26), di mengundurkan diri dari pekerjaannya karena dikhawatirkan pekerjaannya itu tidak mendapatkan keberkahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah menikah, saya berpikir kalau saya bekerja di sini terus anak istri menikmati hasil pekerjaan saya, apakah halal atau haram. Saya ikut kajian-kajian, akhirnya saya putuskan out tahun 2016 dan di situ saya rehabilitasi," kata Inggra kepada detikJabar, Kamis, 7 Maret 2024.
Sejak saat itu, Inggra rajin mengikuti kajian-kajian yang digelar di Masjid Trans Studio Bandung (TSB) dari mulai kajian Ustaz Hanan Attaki, Ustaz Handy Bonny, Ustaz Adi Hidayat hingga Ustaz Evie Effendy.
Jalan hijrah yang dilakukan Inggra merupakan gerbang kesuksesan bagi dia dan keluarga. Pada tahun 2017, Inggra memulai petualangan baru yang tadinya memiliki pekerjaan tetap sebagai karyawan, berganti menjadi wirausahawan.
Baso aci yang kala itu banyak diminati para pencinta kuliner pedas di Kota Bandung dipilih Inggra. Bermodalkan tempat sempit, berbentuk L yang ada di rumahnya serta dibantu sang istri, Inggra akhirnya banting stir untuk berjualan baso aci yang dinamainya 'TerCABAIkan'.
"Awal didirikan, 6 Agustus 2017. Awalnya jualan ini sekadar untuk makan, namun ternyata banyak peminat dan banyak resaller. Dari situ orderan mulai meningkat," ungkap Inggra.
Dua tahun lebih berwirausaha, namun Inggra masih belum mengerti cara mengelola usaha yang baik dan benar, hingga membesarkan usahanya.
Berbekal informasi dari seorang teman Inggra diminta untuk bergabung dengan Rumah BUMN BRI. Hal tersebut harus dilakukannya agar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) milikya menjadi besar. Inggra awalnya segan untuk bergabung karena dia sadar jika usaha yang digelutnya merupakan usaha kecil yang belum memiliki legalitas. Namun karena rasa keinginannya ingin menjadikan UMKMnya itu lebih besar, akhirnya Inggra ikut bergabung.
Benar saja, dengan bergabung bersama Rumah BUMN BRI, Inggra mendapatkan banyak pelatihan, imu pengetahuan, terutama skill tambahan dalam berwirausaha. Inggra juga, diarahkan untuk mengurus legalitas usahanya.
"Saya coba, ternyata banyak manfaat. Itu di tahun 2020 awal. Saya ikuti pelatihan go digital, marketing, media sosial, manajemen keuangan dan banyak lagi. Ilmu ini berkelas, karena di kampus pun saya tidak dapat ilmu seperti ini," ujarnya.
Inggra menyebut, dari pelatihan itu dia bisa meningkatkan kapasitas produksi dan aktif berjualan di marketplace. Kapasitas produksi dalam sehari sekitar 100 hingga 250 pcs dan kapasitas penjualan untuk di marketplace dari mulai 40-100 pcs per hari, di luar penjualan di offline store.
"Dulu jualannya datang ke rumah teman, door to door, link by link. Setelah pelatihan, jualan juga di marketplace, kita ikut pameran yang diselenggarakan BRI, di sana saya dapat bisnis matching seperti ada distributor luar negeri," tuturnya.
Tak hanya itu, hal positif yang didapatkan Inggra juga bisa mengekspor produk baso acinya meski dalam kapasitas kecil.
"Ada orderan ke Mekkah, Vietnam, Pilipina, Amerika. Saat ini yang continue Malaysia, Singapura, Mekkah sampi Turki, pengiriman 50 pcs, terakhir juga ke Vietnam, 50 pcs juga," tuturnya.
UMKM 'Baso Aci' Naik Kelas
![]() |
Siapa sangka, UMKM yang dibangun Inggra bersama sang istri dengan penuh kesabaran, keseriusan dan jujur berbuah manis di kemudian hari.
Pria yang gemar mengenakan kacamata dan topi hip-hop itu juga, tak pernah menyangka jika produk UMKMnya bisa mejeng di Pasar Sinpasa yang ada di Kawasan Summarecon, Kota Bandung.
Inggra dapat menempati satu booth kecil di Pasar Sinpasa tersebut. Tak mudah bagi Inggra untuk mendapat booth di tempat itu, karena produk kuliner yang dapat berjualan di lokasi tersebut merupakan produk pilihan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung.
Booth yang ada di Pasar Sinpasa itu juga, merupakan offline store keempat yang digunakan Inggra untuk berjualan baso aci. Tiga tempat lainnya yakni di Gending Mas dan Jalan Sukagalih Ujungberung, serta Jalan Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.
Selain menjual baso aci dalam bentuk kemasan, ayah dua anak ini juga menjual baso aci secara langsung dan dapat dinikmati di kursi dan meja yang disediakan di Pasar Sinpasa.
"Bahagia bisa berjualan di Summarecon, saya berjualan di sini pilihan Dinas Koperasi UMKM, saya masuk ke 25 UMKM Award terbaik di Kota Bandung. Saya dapat kesempatan dari 25 UMKM itu dipilih hanya tiga, saya dan dua UMKM lainnya," jelas Inggra kepada detikJabar.
Dalam peningkatan usahanya, Inggra juga mendapatkan bantuan berupa Kredit Usaha Mikro (KUR) dari Bank BRI dan bantuan KUR itu digunakan Inggra untuk mengembangkan usahanya.
"KUR dapat, pertama Rp 50 juta, kedua Rp 75 juta, untuk dua tahun. Uang itu digunakan sebagai modal dan renovasi rumah serta tempat produksi," katanya.
Inggra mengaku, jika dirinya sudah memiliki rencana untuk terus mengembangkan usahanya itu dengan membuka banyak cabang dan mengandeng banyak kemitraan. Selain meningkatkan usaha, Inggra juga ingin terus membuka lapangan pekerjaan dari usaha baso acinya.
"Target kedepan pengen buka banyak cabang dengan sistem kemitraan. Alhamdulillah baso aci masih tetap happening, tetap disukai banyak orang," tuturnya.
Inggra juga buka-bukaan jika dirinya sudah nyaman berwirausaha. Menurutnya, banyak kebermanfaatan yang didapatnya dari berwirausaha.
"Saat ini saya menikmati ini, penghasilan wiraswasta ini kadang besar, kadang pas-pasan tapi menikmati. Selain itu, waktu dan kedekatan dengan keluarga yang menurut saya dibutuhkan," ucapnya.
Baca juga: Mengenal Daging Tuna Imitasi di Jepang |
Disinggung, kunci sukses menjadi pengusaha, Inggra sebut jangan pernah ragu untuk memulai demi mengejar kesuksesan. Karena dari kegigihannya itu, Inggra bisa mengabulkan satu per satu keinginannya.
"Saya pertamanya ragu, enggak ada pengalaman, patut mencoba, konsisten dan percaya diri. Alhamdulillah dari usaha ini terbeli rumah dan kendaraan operasional," ujar Inggra.
Dampak Positif Bagi Perekonomian Kota Bandung
![]() |
Pj Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono menyebut, pelaku UMKM seperti Inggra Dwipo Prayogo patut diikuti jejaknya. Agar para pelaku UMKM di Kota Bandung dapat berdaya saing di pasar luar.
"Saya berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," kata Bambang.
Menurut Bambang, para UMKM harus terus beradaptasi dan mengikuti peningkatan globalisasi dan digitalisasi. "Goalsnya sebagai Indonesian Next Top Seller dan memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal," ucapnya.
Menurut Bambang, saat ini di Kota Bandung ada 10.181 pelaku UMKM dan mampu menyerap 26.226 tenaga kerja, dengan omzet sekitar Rp 1,3 triliun.
"Kita akan mendukung untuk kesuksesan setiap pelaku usaha, utamanya dengan keyakinan," tambahnya.
![]() |
BRI Salurkan Rp 102 Triliun untuk KUR
![]() |
KUR dari Bank BRI merupakan program untuk meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi, serta penyerapan tenaga kerja.
"Selama enam tahun terakhir kami telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah, dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung," kata Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi kepada detikJabar.
Menurut Sadmiadi, pihaknya juga terus mendukung UMKM binaan untuk naik kelas dengan membina klaster usaha yaitu community approach yang memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini kami juga sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.
Ada juga, Program Desa Brilian yaitu program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa, melalui praktik kepemimpinan desa yang unggul dan memiliki 415 Desa Brilian Binaan.
BRI Regional Office Bandung juga memiliki 4.890 pojok mantri desa yang bertujuan untuk memberikan akses lebih mudah kepada masyarakat untuk dapat diberikan inklusi dan literasi keuangan dan kebutuhan permodalan.
Ada juga LinkUMKM yang merupakan platform pemberdayaan digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website dan aplikasi. Terdapat scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas di mana terdapat 200.591 UMKM naik kelas.
Selain itu, melalui Sinergi Ultra Holding Mikro antara BRI, pegadaian dan PNM dibentuk Unit Kerja (Uker) Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro) di mana saat ini terdapat 127 Uker Senyum di wilayah BRI Regional Office Bandung.
"BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM go modern, go digital, go online dan go global. Pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 sampai dengan 2023," pungkas Sadmiadi.
(wip/yum)