Badan Geologi merilis pemetaan potensi sumber daya Carbon Capture Storage (CCS) atau industri penyimpanan emisi karbon di Indonesia. Hasilnya, terdapat potensi tempat penangkapan dan penyimpanan baru mencapai 1.225 gigaton untuk upaya menekan pemanasan global.
Kepala Pusat Survei Geologi Edy Slameto memaparkan, potensi penyimpanan karbon yang telah teridentifikasi Badan Geologi itu tersebar di 5 cekungan Pulau Jawa. Rinciannya, Cekungan Jawa Timur Selatan yang berpotensi menampung 392 gigaton karbon, Cekungan Jawa Tengah Selatan 69 gigaton, Cekungan Banyumas 209 gigaton, Cekungan Jawa Barat Selatan 190 gigaton hingga di Cekungan Bogor 365 gigaton.
Baca juga: Deretan Negara yang Diramal Hilang dari Peta |
"Sebagian besar data yang digunakan ini adalah hasil survei geologi internal Badan Geologi, dan nantinya bisa digunakan untuk melengkapi informasi dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM tahun ini," katanya saat paparan di kantor Badan Geologi, di Kota Bandung, Jumat (1/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain di Pulau Jawa, potensi tempat penyimpanan karbon juga terdeteksi di 8 cekungan di Pulau Sumatera. Namun menurut Edy, Badan Geologi perlu melakukan analisis lebih mendalam untuk memetakan sumber daya potensi tersebut.
"Adapun 8 potensi storage yang menjadi area penyelidikan Badan Geologi tersebar di Cekungan Bengkulu, Cekungan Rawas, Cekungan Mengkarang, Cekungan Mentawai, Cekungan Ombilin, Cekungan Batang Natal, Cekungan Sibolga dan Cekungan Woyla," terangnya.
Meski punya potensi besar dalam upaya menekan emisi karbon, Badan Geologi tetap memberikan sejumlah syarat untuk rencana tersebut. Di antaranya, area penyimpanan karbon itu harus berada di bawah muka air tanah hingga tidak berada di daerah kegempaan yang aktif.
Baca juga: Nasi 'Canggih' dari Korea Selatan |
"Jadi idealnya memang harus berada di bawah dari muka air tanah supaya tidak mencemari air tanah yang digunakan masyarakat sekitar. Kemudian tidak berada di daerah kegempaan yang aktif, karena khawatir terjadi kebocoran. Berada dekat dengan emiter, atau di area penghasil emisi yang besar seperti pabrik atau PLTU," tuturnya.
"Data pemetaan potensi ini kami harapkan bisa bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan di sektor ini. Terutama, untuk mencapai target pemerintah dalam menuju net zero emission pada 2060 mendatang," pungkasnya.
(ral/sud)










































