Salah seorang penjual lukisan di Jalan Braga, Kota Bandung, sedang duduk di samping lukisannya. Ia terlihat sedang sibuk memainkan ponsel sembari sesekali melihat orang yang berlalu-lalang.
Ia bernama bernama Aspi. Pria berumur 44 tahun itu merupakan pelukis asal Medan yang ikut menjual karyanya di Jalan Braga.
Aspi sudah banyak menjual lukisan realis dengan gaya yang beragam. Ia mengatakan berjualan di Jalan Braga ini cukup menguntungkan. Karya lukisannya dapat dengan cepat terjual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bercerita soal awal mula bisa melukis hingga lukisan pertamanya dibeli Rp 600 ribu oleh orang Malaysia. Hal tersebut memotivasi Pak Aspi untuk lebih semangat belajar melukis hingga akhirnya lukisannya dapat dijual.
"Saya dulu nggak bisa melukis di kanvas-kanvas gede, cuman setelah saya lihat ini berpotensi untuk menghasilkan uang, saya belajar melukis sampai bisa dijual," ucap Aspi kepada detikJabar belum lama ini.
Selain itu, Aspi mencoba merantau untuk menyembuhkan rasa sakit hatinya pada seseorang. Ia merasa dari kegiatan yang ia lakukan saat ini dapat mengobati luka di hatinya.
"Merantau itu karena saya sakit hati saja sama seseorang, makanya semuanya saya tinggalin. Tapi ternyata yang namanya usaha untuk sembuh itu banyak ya," jelasnya.
Aspi tidak hanya menjual lukisan jadi, ia juga menerima permintaan pesanan lukisan foto dan karikatur. Harga lukisan dihitung dari ukuran kanvas, tingkat kesulitannya, dan dari nilai seninya. Biasanya ia membanderol mulai dari Rp 250 ribu rupiah hingga Rp 1 juta rupiah per lukisan.
![]() |
"Saya juga terima pesanan, tentara banyak juga yang pesan biasanya untuk hadiah. Jadi pulang dari sini langsung melukis untuk pesanan," kata Aspi
"Ukuran paling kecil 40x50 (centimeter) itu bisa Rp 400 ribu sudah sama bingkai, itu kalau satu wajah." Lanjutnya.
Ia mengatakan jika penjualannya seringkali meningkat pada Kamis sore hingga Minggu malam. Dari hasil penjualan tersebut Pak Aspi dapat meraup keuntungan berkisar antara Rp 18 juta hingga Rp 25 juta per bulan.
Peminatnya pun dari berbagai kalangan, seperti kolektor, penjual lukisan dari luar negeri, warga lokal, maupun wisatawan mancanegara.
"Untuk pendapatan per harinya relatif sih ya, tapi biasanya Rp 18, 20 sampai 25 (juta) dapet per bulan, kalau di bawah Rp 10 (juta) itu jarang. Pernah ada orang Malaysia atau Singapura yang borong lukisan buat dijual lagi di sana," jelasnya.
Aspi mengatakan, selain karena berpotensi mendapatkan keuntungan, kini melukis juga menjadi media untuk menyampaikan perasaannya. Ia berpendapat jika setiap lukisan pasti memiliki maknanya sendiri dan dari setiap lukisan yang ia buat memiliki makna dan perasaan berbeda.
"Lukisan itu kan ada banyak warna, warna itu kan yang bisa menggapai perasaan dan jiwa. Warna gelap pasti akan berbeda maknanya dengan warna putih. Mereka berimajinasi dengan pikiran mereka supaya mereka dapat menikmati atau membuat lukisannya menjadi lebih dalam maknanya. Nah, makanya kenapa lukisan-lukisan itu harganya mahal," pungkas Aspi.
(orb/orb)