Sabanyak tujuh ton Kopi Wanoja asal Ibun, Kabupaten Bandung, diekspor ke Arab Saudi. Petani Wanoja pun kegirangan dengan capaian ekspor itu.
Ketua Kelompok Tani Wanoja Eti Sumiarti tak menyangka kopi hasil produksinya bisa tembus Arab Saudi. Kelompok Tani Wanoja mendapatkan pembinaan dari Bank Indonesia, seperti dalam hal persuratan hingga legalitas formal produk.
"Bangga banget, kita tidak menyangka petani kopi bisa ada kesempatan seperti ini. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang dibina oleh BI, semua surat-suratnya dibantu sama BI, legalitas formal produk dibantu oleh BSM melalui BI," kata Eti saat diwawancarai pada kegiatan pelepasan ekspor Kopi Wanoja ke Arab Saudi, Kamis (22/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petani Kopi Wanoja didominasi oleh kaum perempuan. Para perampuan tangguh Wanoja itu tak hanya menanam kopi, tetappi mereka mendapatkan pelatihan soal pengolahan tanah, dan pemeliharaan tanaman hingga panen.
Kopi yang biasa diekspor ke luar negeri merupakan hasil produk dari kelompok petani Gunung Kamojang saja. Mereka pun meraup cuan Rp 1,4 miliar. Kondisi demikian mampu meningkatkan kesejahteraan perempuan yang berprofesi sebagai petani kopi.
Eti Sumiarti yang akrab disapa Nene itu mengatakan petani perempuan juga berperan dalam mencegah banjir dan erosi melalui kopi yang ditanamnya. "Bertani kopi bisa menahan erosi, dan mengurangi banjir, sekarang aja sudah nggak ada banjir lagi karena petani perempuan inilah," ucapnya.
Salah seorang petani kopi lainnya, yakni Ipah (41) bercerita saat memilih bertani kopi. Kisahnya itu berawal saat dirinya diminta orang tuanya untuk keluar dari pabrik garmen pada 2013. Ipah kerap kelelahan saat berstatus sebagai buruh pabrik.
"Awal mulanya saya pegawai garmen, terus orang tua saya kerja di bidang kopi. Terus kata orang tua saya udah aja keluar di garmen itu capek, gak ada waktu luang, saya piker dan alhasil saya memilih terjun di bidang kopi, ternyata peluangnya banyak," kata Ipah
Selama ia jadi petani di sana mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ipah pun menyakui profesinya sebagai petani, sebab jam kerja diatur olehnya sendiri.
Wanita yang berprofesi sebagai petani dapat juga membantu laki-laki dalam mencari penghasilan, dapat menyiapkan uang untuk pendidikan anak yang lebih tinggi. "Semoga saja perempuan-perempuan di luar sana selain saya, bisa terjun di bidang kopi," sambungnya.
(sud/sud)