Sejumlah harga kebutuhan pokok di pasar Sumedang mengalami kenaikan jelang Ramadan. Kondisi itu mulai dikeluhkan para pedagang.
Seperti pantauan detikJabar di Pasar Tanjungsari, Sabtu (17/2/2024). Salah satu komoditas yang mengalami kenaikan adalah daging ayam. Dari yang semula dikisaran harga Rp32.000-Rp34.000 per kilogram, kini tembus di angka Rp36.000.
"Kenaikan harga ini sudah terjadi dari sebelum pencoblosan Pemilu atau sudah berlangsung dua mingguan," ungkap Apan, salah seorang pendagang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apan mengaku, jumlah pembeli menjadi berkurang sekitar 25 persen akibat kenaikan harga tersebut. Dari satu kuintal daging ayam yang disediakan, kini barang dagangannya kerap bersisa.
"Sekarang itu barang dagangan suka sisa karena pembelinya juga berkurang akibat adanya kenaikan harga," terangnya.
Kenaikan harga juga terpantau pada komoditas cabai-cabaian. Seperti cabai merah dari semula Rp80.000 menjadi Rp100.000 per kilogram, cabai domba dari Rp40.000 menjadi 60.000 per kilogram, cabai keriting rawit dari Rp60.000 menjadi Rp80.000 per kilogram, bawang merah dari Rp30.000 menjadi Rp32.000 per kilogram.
"Kenaikan harga ini sudah berlangsung selama sepekan," ungkap Teti, pedagang lainnya.
Ia mengatakan, kenaikan harga yang terjadi diduga lantaran minimnya stok barang dari para petani. Akibatnya, permintaan barang dari pembeli pun menjadi berkurang yang secara otomatis turut mempengaruhi pendapatan.
"Pembeli sekarang biasanya beli satu kilo sekarang mah belinya jadi seperempatnya," ujarnya.
Kenaikan juga terjadi pada komoditas beras. Harga beras biasa dari Rp11.000 per kilogram menjadi Rp15.000, beras premium dari semula Rp14.000 menjadi Rp17.000.
Salah seorang pedagang beras, Tika memaparkan, harga beras mengalami kenaikan lantaran minimnya distribusi dari para petani yang mengakibat berkurangnya stok beras.
Tika menyebut, stok beras yang ada dijongkonya dari biasanya mencapai 10 ton, kini hanya bersisa beberapa ton saja.
"Sekarang itu, harga naik stok jarang, sudah satu bulan belum ada yang mengirim lagi," ungkapnya.
Tika sendiri biasa menerima kiriman beras dari daerah Sumedang, Majalengka dan daerah Jawa.
"Sekarang sudah nggak ada yang ngirim lagi, bos-bos beras yang besar sudah tidak ada lagi yang ngirim," ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat menambah stok beras yang ada agar harga beras pun menjadi normal kembali.
"Pemerintah harus bisa menurunkan harga beras dan stok beras banyakin," ucapnya.
Harga Cabai di Purwakarta Tembus Rp100 Ribu/Kg
Kenaikan harga sejumlah komiditas juga terjadi di Pasar Rebo Purwakarta. Salah satunya harga cabai yang sudah tembus Rp100 ribu per kilogram.
Salah seorang pedagang mengungkap, tingginya harga cabai disebabkan tersendatnya distribusi cabai ke tingkat pasar. Kondisi itu membuat stok cabai di pasar langka.
"Kemarin mah harga eror, kita jual (cabai) 120 ribu sekilo," ujar Badru.
Badru menyebut, tingginya harga ini disebabkan dua faktor, pertama adalah faktor cuaca yang mempengaruhi tanaman cabai di tingkat petani.
"Kedua kemarin kan pencoblosan, jadi nggak ada yang metik, pengiriman juga mungkin tersendiri, jadi stok berkurang naik we harga," katanya.
Semua jenis cabai berwarna merah, baik cabai rawit merah, cabai besar merah hingga cabai keriting merah dibanderol Rp 100 ribu per kilogram. Sedangkan harga cabai rawit hijau dijual seharga Rp 80 ribu perkilogram.
Kondisi ini sangat dikeluhkan oleh pembeli, salah satunya Nurlatifah. Ia sangat keberatan harga kebutuhan yang tinggi.
"Bingung, ngatur uangnya, mana buat belanja mana buat anak sekolah. Ya bingung aja. Saya sih sangat-sangat keberatan," ucapnya.
Ia berharap kepada pemerintah agar bisa menekan harga kebutuhan yang tinggi, terlebih jelang memasuki bulan Ramadan.
"Apalagi mau Ramadan, nanti pada naik. Saya berharap presiden yang baru bisa menurunkan harga, biar gak bingung. Apalagi cari kerja susah banyak pengangguran," pungkasnya.
(mso/mso)