Sejak beberapa waktu terakhir, harga beras di berbagai daerah melejit. Bahkan, ada yang sampai mengalami kelangkaan.
Di Kota Bandung, tepatnya di Pasar Kosambi, kenaikan harga beras mencapai Rp 3 ribu. Hal itu dikeluhkan pedagang dan pembeli.
Seperti di lapak milik Rahmat Kurnia (60), dia mengatakan menjual beras saat ini dari Rp 15 sampai 20 ribu per kilogramnya. "Rata-rata semua jenis Rp 3 ribu," kata Rahmat kepada detikJabar di lokasi, Jumat (16/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahmat tak mengetahui mengapa kenaikan harga beras ini terjadi. Dia menduga stabilitasi harga beras terganggu karena hajatan politiknya yang terjadi di Indonesia.
"Orang awam seperti saya mungkin (memprediksi) ada kaitan dengan politik, (soalnya) cuaca alhamdulillah adem-ayem," ujarnya.
Rahmat mengaku mengalami kekurangan stok beras di lapaknya. Beras yang dijual di lapak Rahmat didatangkan dari Ciapray, Majalengka, Indramayu, Subang dan Karawang.
"Kekurangan, kekurangan sekali, malahan enggak ada. Saya kalau belanja ke sesama penjual beras dan ada juga dari distributor," ujarnya.
Menurut Rahmat, dia sempat menutup toko dan datang ke daerah-daerah lambung beras untuk mencari stok beras untuk dijual di layaknya.
"Ya (sempat tutup), karena ujug-ujug (tiba-tiba) naiknya signifikan, sampai 3 ribu dan stok barang minim banget, barang ini dipasok saudara, alhamdulillah masih ada yang baik," ujarnya.
Menurut Rahmat, dalam sehari biasanya dia bisa menjual 2 kuintal beras. Karena pasokan terhambat, saat ini penjualan beras berkurang 50 persen. Selain itu, dia kerap mendapatkan keluhan dari konsumen.
"Jelas ada (keluhan), apalagi konsumen yang tingkatan kecil. Untuk yang jualan lagi, tukang bubur, nasi goreng, warung makan, malah ada yang nggak jualan dulu gara-gara beras naik," terangnya.
"Saya berharap kepada pemerintah agar peduli, perbaiki sistem agar jadi lebih baik lagi," tambahnya.
Salah seorang warga, Anisa (32), mengeluhkan kenaikan harga beras tersebut. Kenaikan Rp 3 ribu terasa baginya.
"Naiknya gede banget, bukan cuma beras belum lagi yang lainnya, harus gimana ya rakyat mah. Saya ingin harga kembali normal, karena memberatkan kami sebagai rakyat kecil," ujar Anisa kepada detikJabar di Pasar Kosambi.
Harga Beras di Pasar Kosambi
- Setra dari Rp 12 ribu jadi Rp 15 ribu per kilogram
- Jembar dari Rp 13 ribu jadi Rp 16 ribu, jenis ini ada tingkatannya dan paling tinggi Rp 18 ribu per kilogram
- Cianjur dari Rp 17 ribu jadi Rp 20 ribu per kilogram
- Soreang dari Rp 15 ribu jadi Rp 18 Ribu per kilogram
- Mengikuti Wangi dari Rp 15 jadi Rp 18 ribu per kilogram
- Petruk dari Rp 14 jadi Rp 18 ribu per kilogram
- Pandan wangi dari Rp 15 jadi Rp 18 ribu per kilogram
- Rojo lele dari Rp 15 jadi Rp 18 ribu per kilogram
- Beras merah dari Rp 15 jadi Rp 18 ribu per kilogram
- Ketan putih Rp 16 ribu sekarang Rp 24 ribu per kilogram
- Ketan hitam Rp 28 ribu, harga tetap per kilogram
Keluhan dari Tasikmalaya
Harga beras di Pasar Tradisional Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat juga terpantau melonjak tinggi hingga Jum'at (16/2/24). Berat kualitas standar dijual Rp 15.500 dari biasanya hanya Rp 10 ribu per kilogram.
Sementara beras kualitas medium dijual Rp 16.000 sampai Rp 16.500 dari biasanya R[ 12.000 per kilogram. Sementara beras kualitas premium tembus angka Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan biasanya hanya Rp 14.000.
"Harga beras Jembar Rp 18 ribuan, yang premium Rp 17 ribuan per kilogram. Padahal biasanya Rp 14 ribu, harga beras standar saja Rp 15.500 yang biasanya itu Rp 12 ribuan," kata Ucu Surya, pedagang beras di Pasar Tradisional Singaparna Jumat (16/2/24).
Kenaikan harga beras dikeluhkan mayoristas masyarakat kalangan menengah bawah. Mereka terpaksa mengurangi pembelian beras untuk konsumsi harian.
"Pisan (banget) mahalnya pak, gimana lagi saya mah, beli nggak banyak," kata Ida, salah seorang warga.
Hal senada dialami pedagang serabi yang berbahan dasar beras. ELis misalnya, terpaksa berhenti jualan karena harga beras tinggi. Sementara harga jual serabi masih belum naik. Dia baru akan jualan saat harga beras normal.
"Mahal harga beras, saya kan jualan serabi, bahannya beras, jadi terpaksa henti dulu. Beli beras mah mahal, jual serabi mah tetep harganya. Daripada rugi, maka henti aja," kata Elis.
Penyebab Harga Beras Naik
Sekretaris Badan Pangan Nasional (Bapanas) Sarwo Edhy mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga beras di pasaran.
"Pertama, memang ongkos produksinya naik, di pupuknya naik, kemarin dampak dari el Nino kekeringan, kemudian air juga kurang sehingga panennya itu berkurang," kata Edhy ditemui di Trans Hotel Bandung, Kamis (15/2) malam.
Menurutnya, kurangnya pasokan beras nasional, membuat harga beras di pasaran naik. "Sehingga hasilnya berkurang otomatis harga naik," ujarnya.
Pihaknya pun mengantisipasi kenaikan harga beras tersebut salah satunya demi menjaga stabilitas harga beras.
"Ini bisa jadi antisipasi melalui rakornas dan ratas tentunya dengan persetujuan bapak presiden dan bapak menteri," pungkasnya.
(orb/orb)