Misman (54) warga Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, tak pernah menyangka kerajinan anyaman tas dari bahan rumput gunung atau hata miliknya tembus pasar Eropa.
Awal mula bisnis anyaman milik Misman mulai dilirik pasar Eropa bermula pada 2022. Saat itu Misman fokus membuat tas untuk perempuan dan ternyata mendapat sambutan hangat dari konsumen.
"Karena kebutuhan fesyen itu untuk ibu-ibu atau kaum perempuan lebih banyak, maka kami sejak 2022 menciptakan produk fesyen perempuan dari mulai gantuang, tas dan alas," kata Misman kepada detikJabar di acara Bulan Inkubasi Keuangan (BIK) Pangandaran, Jumat (27/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misman memulai usahanya pada 2013. Saat itu menurutnya peluang barang fesyen dari rumput gunung atau hata masih terbuka. Usahanya itu tak berjalan mulus bahkan saat pandemi COVID-19, bisnisnya itu terancam bangkrut dan tidak produksi selama setahun.
"Wah perjuangannya panjang, saat itu ada timbul greget usaha, gimana caranya menyampaikan kepada perajin setempat untuk membuat karya yang lebih inovatif dan penuh imajinasi," katanya.
Untuk biaya produksi kerajinan hata, Misman menyebutkan biaya yang dikeluarkan cukup murah. Hanya proses pembuatannya memerlukan waktu lama karena membutuhkan ketelitian. "Tanpa mesin. Hanya diasap saja, dikeringkan, hanya rumput gunung alami, pewarnaannya juga bahan alami dari warna aslinya," kata Misman.
![]() |
Menurut Misman permintaan ekspor tas hata bermula saat ada wisatawan berkunjung ke galeri miliknya. Kebetulan pengunjung tersebut merupakan salah satu pebisnis dengan market di luar negeri.
"Ekspornya ke Swiss, Vietnam, dan Amerika, sudah ada yang kontrak dengan kami dan datang langsung ke galeri," katanya.
Untuk harga, dia mematok mulai Rp5 ribu hingga Rp700 ribu tergantung jenis, ukuran dan tingkat kerumitan. "Kalau ekspor itu tergantung pengirimannya banyak atau tidaknya, bisa lebih dari itu," ucapnya.
Biasanya, Misman menerima pesanan paling sedikit 50 tas hata dengan beragam desain permintaan. "Kan ada tas hand bag, tas belanja dan tas lainnya," ucap dia.
Ia mengatakan untuk penjualan lebih banyak di Indonesia kalau yang beli intens. "Karena kalau ekspor ada yang 1 bulan sekali 2 bulan ataupun 3 bulan sekali," katanya.
"Untuk sebulan memang gak terlalu banyak sih, karena saya juga baru kalau untuk ekspor, disesuaikan aja karena kontrak, kami juga kan UMKM kecil. Belum bisa pengiriman dengan kapasitas besar," kata Misman
(iqk/iqk)