Suasana Jalan Rancabolang, Kota Bandung, terlihat ramai di siang hari. Di seberang perumahan Persada Asri, tampak sebuah toko tanaman hias. Toko tersebut milik seorang wanita Nung (52) atau lebih dikenal Ibu Nung.
Di usia yang tak lagi muda, Ibu Nung tetap setia dengan profesinya sebagai penjual tanaman hias meskipun kini tak seramai dulu. Saat itu, ketika pandemi COVID-19 menjadi berkah untuknya, usahanya berkembang pesat.
Namun pada 2023, usahanya tak maju seperti dulu. Kondisi penjualan tanaman hias mulai sepi pembeli sehingga keuntungan yang dia raih semakin menipis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minat beli tanaman hias berubah-ubah. Awal pandemi benar-benar ramai, makin ke sini saat pandemi selesai turunnya drastis," katanya kepada detikJabar, Selasa (24/10/2023).
![]() |
Selain faktor sosial, Ibu Nung bercerita, aspek ekonomi juga mempengaruhi tren tanaman hias pascapandemi. Ketidakstabilan ekonomi memengaruhi kemampuan dan keinginan masyarakat untuk berinvestasi dan hobi koleksi tanaman hias.
Meskipun kondisi pasar tanaman hias masih fluktuatif dan belum sepenuhnya stabil Ibu Nung tak mau menyerah. Dia menjelaskan strategi agar penjualannya tetap bagus.
"Saat kondisi seperti ini, bibit-bibitnya dipecah untuk meningkatkan ketersediaan dan mengatasi penurunan harga, supaya Aura Flora juga bisa memastikan bahwa harga dapat tetap bersaing di pasar." jelasnya.
Selain itu, Ibu Nung juga menerapkan metode budidaya yang cermat untuk memastikan tanaman yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Dia menyadari kondisi pasang surut ini adalah hal yang wajar dalam dunia bisnis. "Bulan-bulan ini sudah mau naik lagi, minat sudah mulai meningkat kembali." ucapnya.
(iqk/iqk)