Langkah Kelam Pasar Baru Bandung di Tengah Kemajuan Zaman

Langkah Kelam Pasar Baru Bandung di Tengah Kemajuan Zaman

Wisma Putra - detikJabar
Kamis, 21 Sep 2023 10:30 WIB
Suasana di Pasar Baru, Kota Bandung, Rabu (20/9/2023).
Suasana di Pasar Baru, Kota Bandung, Rabu (20/9/2023). (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Kondisi Pasar Baru Kota Bandung, kini kembali bergeliat dibandingkan pada saat Pandemi COVID-19. Aktivitas niaga di pasar yang didirikan tahun 1906 ini pernah ditutup sementara akibat ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Puncaknya, pada 2020 aktivitas niaga di pasar ini babak belur, bahkan sempat ditutup sementara, sebagai cara untuk menekankan penyebaran virus ini. Akibat pandemi juga, banyak pedagang meninggalkan kiosnya. Kios-kios itu juga ada yang dikontrakkan hingga dijual.

Pandemi COVID-19 pun mereda pada 2022 dan pada 21 Juni 2023 pemerintah mengumumkan mencabut status pandemi. Pedagang kembali ke Pasar Baru, mereka leluasa untuk berniaga di pasar yang umurnya sudah mencapai 117 tahun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski pandemi telah usai, pedagang di Pasar Baru terancam dengan persaingan pasar. Sebab kehadiran e-commerce yang berjualan produk secara live streaming bisa memberikan dampak negatif kepada para pedagang.

Hal itu, sudah dirasakan para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta dan mengakibatkan sepinya pengunjung ke Pasar Tanah Abang. Namun, seperti apa kondisi di Pasar Baru Bandung saat ini di tengah gempuran e-commerce?

ADVERTISEMENT

Pantauan detikJabar, Rabu (20/9/2023) di Pasar Baru, Kota Bandung, keramaian terpantau di lantai dasar. Sementara di lantai atas terpantau cukup lengang. Selain itu, di lantai atas, terdapat sejumlah toko yang tutup, bahkan disewakan, namun kondisinya tak separah seperti di saat pandemi COVID-19.

Kehadiran e-commerce yang berjualan secara streaming juga dikeluhkan Atep (24), seorang pedagang pakaian di Pasar Baru.

Suasana di Pasar Baru, Kota Bandung, Rabu (20/9/2023).Suasana di Pasar Baru, Kota Bandung, Rabu (20/9/2023). (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

"Kalau dampak pasti ada, namanya offline dan online. Online dari segi harga lebih murah, pesannya lewat aplikasi, kalau malas ke outlet-nya pesan di online. Saya offline aja, dampak nggak ada pengunjung, jadi sepi," kaya Atep kepada detikJabar.

Atep mengungkapkan, perbedaan sebelum ramai online, pengunjung jumlahnya banyak. Namun setelah ramai penjualan online, pembeli offline kurang. Bahkan pendapatan Atep turun drastis.

"Sekarang agak berkurang, turunnya ada sampai 70 persen," tuturnya.

Atep menambahkan, dirinya tetap berjualan secara offline. Akan tetapi, sudah banyak pedagang di Pasar Baru yang beralih berjualan online dan live streaming di tokonya. "Ada sebagian, banyak juga, saya nggak, offline aja," tambahnya.

Suasana di Pasar Baru, Kota Bandung, Rabu (20/9/2023).Suasana di Pasar Baru, Kota Bandung, Rabu (20/9/2023). (Foto: Wisma Putra/detikJabar)

Harus Ikuti Zaman

Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Kota Bandung Iwan Suhermawan mengatakan, kehadiran e-commerce yang berjualan secara live streaming mengganggu para pedagang kecil seperti pedagang di Pasar Baru.

"Sekarang cukup terganggu, ada segmen pedagang yang bergeser," kata Iwan.

Menurutnya, di kala pandemi banyak pedagang yang menutup kiosnya. Setelah status pandemi dicabut, baru 30 persen pedagang yang berjualan di Pasar Baru.

"Kalau sekarang yang busa sudah 60-70 persen. Memang belum full, tapi ini sudah bagus," ucapnya.

Iwan mengaku bersyukur, saat ini pedagang Pasar Baru pedagangnya sudah mengikuti zaman. Selain berjualan offline, mereka juga berjualan secara online. Dia percaya karena pedagang di Pasar Baru kreatif, mereka bisa mengikuti zaman.

"Kita menganjurkan kepada mereka, kita tidak bisa melawan zaman, yang bisa adalah masuk (mengikuti perkembangan zaman). Karena SDM-nya sekarang di Pasar Baru cukup bagus dan rata-rata mereka juga berjualan secara online, bahkan mereka juga berjualan di Instagram, TikTok, Facebook, WA Grup, dan lain-lain untuk berjualan," tuturnya.

Meski demikian, pihaknya juga mengaku prihatin dengan artis-artis top di Indonesia melakukan 'bakar uang' dengan berjualan secara live streaming.

"Artis jualan online ini memprihatinkan sebenarnya karena itu merebut segmen kita walaupun tidak 100%," jelasnya.

Iwan berharap pemerintah dapat memberikan solusi kepada pengusaha kecil yang berjualan di Pasar Baru terkait situasi saat ini. "Bagaimana membuat regulasi agar UMKM ini bisa tetap bertumbuh kembang, tidak terganggu dengan kemajuan zaman, jadi harus ada regulasi dari pemerintah pusat," jelasnya.

(wip/orb)


Hide Ads