Fenomena bank emok atau rentenirnya ternyata pernah dibuat tak berdaya saat menghadapi kekuatan ekonomi kaum emak-emak di Kampung Batu Sapi, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Peristiwa itu dikisahkan Ketua Yayasan sekaligus pengelola Pondok Pesantren Mahabbaturrosul di Kampung Batu Sapi, Habib Fahmi Assegaf. Habib Fahmi mengungkap kala itu bank emok memang menjadi momok persoalan ekonomi warga setempat.
"Di tahun 2020 sampai 2021 bank emok itu hilang, karena mayoritas emak-emak semuanya punya aktivitas alias pemasukan. Kami di yayasan ada orderan membuat keset, jumlahnya sampai ribuan, melibatkan emak-emak," kata Habib Fahmi kepada detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Habib Fahmi mengungkap mayoritas warga yang tinggal di Kampung Batu Sapi adalah kalangan menengah ke bawah. Ketika ada peluang yang bisa dijadikan pemasukan, tidak sulit menggerakan warga.
"Saat itu, emak-emak yang membuat keset mendapat penghasilan Rp 3 ribu untuk satu keset yang dibuat dari kain perca. Rata-rata sehari ada yang bisa sampai membuat 30 keset, 50 keset. Kita yang pasarkan. Kawasan ini yang dari dulu target bank emok akhirnya terusir karena warganya berdaya," ungkap Fahmi.
Namun usaha itu kemudian mandek karena ketiadaan modal. Pihak pesantren saat itu disebut Fahmi membutuhkan biaya untuk pembangunan jalan di sekitar lokasi pesantren. Selain itu, pandemi COVID-19 meluluhlantahkan usaha yang melibatkan banyak orang itu.
"Kami kehabisan modal, membangun jalan dan melengkapi sarana MDTA dan Pondok Pesantren. Sampai sekarang mandeg, harapan besar kami program seperti itu bisa kembali dilakukan dengan bantuan para aghniya atau perusahaan yang mau menjadi bapak asuh," ungkapnya.
Fahmi bercerita, yayasan lengkap dengan pondok pesantren dan lembaga pendidikan itu kini bisa berjalan dengan biaya dari hasil mengolah limbah kayu. Hasil karya seni itu dia buat sendiri dan terkadang dibantu para santri.
"Ini limbah kayu pantai dari pesisir Pantai Loji, saya pilah kemudian saya bawa berkarung-karung untuk dipilah lagi di sanggar atau bale kerajinan di dekat pondok.Semua dibuat langsung oleh saya, terkadang juga santri ikut. Jadi memang Mahabbaturrasul ini didanai dari hasil hasil karya semuanya itu limbah kayu pantai," tuturnya.
Fahmi mengatakan, keinginannya membuat lembaga pendidikan berawal dari keputusannya untuk tinggal di Kampung Batu Sapi, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016 silam, lokasi yang kini terdapat yayasan miliknya.
"Semuanya berawal saat hati saya tersentuh, melihat masyarakat kurang mampu di tempat ini yang terabaikan oleh pemerintah, sampai akhirnya saya berusaha untuk mendirikan Mahabbaturrasul. Ketika sudah berdiri, untuk kelanjutannya saya kumpulkan dari hasil karya, baik itu limbah kayu pantai yang kami buat kerajinan," ungkapnya.
"Pada intinya kami merasa simpati dengan keadaan Kampung Batu Sapi, ya salah satunya kita boleh lihat lah pemandangan taman bermain, kita buat dengan sendiri ala kadarnya dengan keterbatasan. Kami bela islam dengan cara kami, membangun pendidikan islam, MDTA, majelis Qur'an, dan pondok pesantren," sambungnya.
Ide Fahmi membuat kerajinan bermula saat melihat lautan sampah kayu di Pantai Loji, ia mengambil beberapa potong dan bawa ke pondoknya. Jiwa seni pria itu kemudian menggeliat, hingga limbah kayu itu bernilai rupiah.
"Dulu itu inisiatif waktu kita melihat pantai itu banyak limbah kayu yang dibakar, diperhatikan ini kalau dirakit atau dibentuk dengan keterampilan Insya Allah membawa berkah. Akhirnya bisa kita buat lampu hias, gantungan kunci, gantungan handuk kemudian ukiran," ucapnya.
Ia mengaku masih terkendala pemasaran. Untungnya ada sejumlah pihak yang membantu. Ia menyebut selama ini dibantu tentara yang bertugas di Kodim Palabuhanratu yang kerap membantu memasarkan hasil karyanya.
"Saya minta tolong anggota TNI beliau anggota Kodim yang sering membantu menjual di Bogor di kawasan Puncak. Harapan kami seharusnya pemerintah bisa membantu membuatkan galeri untuk kami. Niat kami berkarya untuk memajukan agama dan memajukan kampung," pungkasnya.
(sya/orb)