Getir dan Manisnya Gibran di eFishery, Unicorn Pertama Bandung

Getir dan Manisnya Gibran di eFishery, Unicorn Pertama Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Jumat, 09 Jun 2023 13:30 WIB
Nobrol Santai Bareng Unicorn Pertama Asli Bandung.
Nobrol Santai Bareng Unicorn Pertama Asli Bandung. (Foto: Istimewa)
Bandung -

Akhir-akhir ini nama eFishery sedang naik daun. Perusahaan unicorn dari Bandung ini, telah sukses membantu sekitar 70.000 pembudidaya ikan dari 280 kota di Indonesia melalui berbasis teknologi Internet of Things (IoT).

Sekadar diketahui, sebuah perusahaan startup bisa masuk kategori unicorn ketika memiliki nilai valuasi US$ 1 miliar atau Rp 14,1 triliunan.

eFishery jadi perusahaan yang menjanjikan dan punya pendanaan dengan nilai rupiah fantastis. Tapi siapa sangka, di balik nama yang mulai terkenal, Gibran Huzaifah Amsi El Farizy sebagai founder sempat melewati momen pahit dalam merintis usaha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam obrolan virtual bertajuk 'Ngobrol Santai Bareng Unicorn Pertama Asli Bandung' oleh komunitas Startup Bandung, Gibran menceritakan kisah di balik tenarnya nama eFishery. Suka-duka dalam dunia bisnis memang hal biasa, tapi Gibran sebagai pengusaha harus dihadapkan dengan terberat di tahun 2015.

"Tahun itu eFishery sudah punya employee tujuh orang, tapi secara revenue masih belum stable, kita ngerjain proyek tapi kirim uangnya telat. Sampai duitnya abis banget, kami sepakat nggak ambil gaji, tapi prioritaskan karyawan. Dari mulai ambil KTA lah, semua aset kita gadaiin, hidup dengan kartu kredit, intinya founder-nya juga pada struggling dan nggak bisa minta uang ke orang tua," kenang Gibran dalam Space Twitter Kamis (8/6/2023) malam.

ADVERTISEMENT

Kepahitan harus dialami Gibran dan dua founder lainnya, Muhammad Ihsan Akhirulsyah dan Chrisna Aditya, selama 9 bulan berturut-turut. Mereka terbayang-bayang dengan uang perusahaan yang habis, kartu kredit tak bisa digunakan, serta pinjaman yang tak memungkinkan.

"Pressure buat saya pribadi pun dobel, istri sedang hamil dan HPL-nya bulan September. Sampai akhirnya di bulan September itu kita panggil semua employee untuk cerita bulan depan nggak bisa kasih gaji. One last breath, tawarin sebulan lagi coba dateng ke sini. Mengagumkannya, mereka tetap datang dan bekerja. Tiba-tiba tanggal 24 September dapat kiriman uang, tanggal 25 gajiannya, tanggal 27 anak saya lahir," ceritanya.

Alumni Sekolah Ilmu Teknologi dan Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) ini baru menceritakan sebagian jerih payahnya membangun eFishery.

Sebelum memperoleh pendanaan, eFishery harus berjuang dua tahun mencari investor. Meski telah berdiri sejak tahun 2013, eFishery baru mendapat pendanaan setelah bertemu satu perusahaan asal Belanda di tahun 2015.

"Dari 2013 sudah mulai ikut banyak kompetisi biar dikenal dan bisa bangun network. Dari lomba-lomba itu kita menang terus, tapi pas pitching bisa dibilang semua venture capital Southeast Asia yang pernah kita pitching pasti nolak invest. Sampai akhirnya tahun 2014 kita menang kompetisi di Belanda, di sana kita dikontak satu investor Aqua Spark yang invest di perikanan. Mereka ngajak Skype, ketemuan di kantor," tutur Gibran.

"Mereka kan founder-nya suami-istri, lagi di Bangkok dan saya sama istri sedang di Phuket. Dia ngontak kalau ada di Bangkok dan ngajak ketemu. Kebetulan banget kan, jadi kami langsung naik bus ke Bangkok. Kami malah ketemuan antarkeluarga, chemistry-nya lebih kebangun, dan kemudian mereka invest. Jadi banyak peran luck dan berkahnya. Ada juga local investor Ideasource yang sebetulnya nggak yakin, tapi mereka merasa founder-nya ngerti banget perikanan jadi memutuskan invest," lanjutnya diiringi tawa kecil.

Usaha yang bermula dari terinspirasi mata kuliah Akuakultur di ITB ini, membawa misi mulia. Gibran ingin eFishery mampu membasmi kelaparan, mengurangi kesenjangan ekonomi, serta memberi kemudahan dengan harga terjangkau.

Dari kegigihan mereka meniti usaha, kini eFishery menjelma jadi distributor pakan, suplier ikan, dan suplier udang terbesar di Indonesia, dengan memberdayakan para pembudidaya dan memaksimalkan teknologi.

Gibran, Ikhsan, dan Chrisna tak pernah menyangka eFishery mampu melangkah sejauh ini. Meskipun begitu, menurut Gibran tak ada yang berubah dari sistem di eFishery meski kini sudah jadi startup skala unicorn.

"Nggak terlalu banyak perubahan sih selain ketenaran duniawi. Kalau bisnis sih kontinyu ya, saat diberitakan akhirnya pada tahu, ini jadi milestone yang sangat berarti. Tapi kita nggak tiba-tiba jadi unicorn, ini kan proses 10 tahun. Jadi ya hingga saat ini pun prosesnya masih berjalan," kata Gibran.

"Tapi jujur ini semua seperti daydreaming awalnya, nggak kebayang eFishery bakal sebesar apa seperti sekarang. Not in my wildest dream," lanjutnya.

Percakapan di Twitter Space tersebut dihadiri banyak partisipan yang ingin ikut diskusi bersama Gibran. Turut hadir juga Dyan Raditya Helmi, pendiri komunitas Startup Bandung. Gibran, termasuk salah satu inisiator komunitas ini.

"Salah satu inisiator kami, Gibran diamanati jadi salah satu unicorn pertama dari Bandung. Dengan Gibran kita akan ngobrol-ngobrol biar publik lebih tahu dan bisa nanya, dia akan cerita gimana ngerintisnya, perjuangan perusahaannya, dan selayang pandang berdirinya eFishery. Saya inget salah satu misi Gibran ingin menghapus kelaparan di Indonesia, itu keren banget," ujar Kang Helmi, begitu ia biasa disapa.

(aau/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads