Kementrian Perdagangan Republik Indonesia melepas 25 ton kopi robusta yang berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Namun, ekspor kopi kali ini menggunakan skema imbal dagang atau ditukar dengan 50 ton kurma dari negara Mesir.
Staf khusus Kemendag Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional, Bara Krishna Hasibuan mengatakan untuk kopi robusta asal Subang sebanyak 25 ton itu ditukar dengan 50 ton kurma asal Mesir dengan nilai yang sama yakni USD 60 ribu atau sekitar Rp 890 juta.
Kopi Indonesia tersebut dibayar dengan dua kontainer kurma dari Mesir dengan volume 50 ton yang telah tiba di Indonesia pada 30 Maret 2023 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, skema imbal dagang dengan negara Mesir ini tentunya dapat menguntungkan Indonesia karena dapat menghemat devisa. Dalam skema imbal dagang itu, transaksi antar kedua belah pihak tidak melibatkan aliran uang.
"Keberhasilan ekspor kopi ke Mesir dengan skema imbal dagang ini merupakan salah satu alternatif solusi perdagangan dengan Mesir yang tidak memerlukan devisa keluar atau masuk. Transaksi melalui imbal dagang merupakan salah satu solusi perdagangan untuk menghemat devisa, yang secara paralel dapat menjaga maupun meningkatkan perdagangan kedua negara," ujar Bara di Cisalak, Subang, Kamis (6/3/2023).
Selain itu, dalam transaksi ini nilai barang yang dipertukarkan pun sama atau tidak ada selisih. Selanjutnya Pemerintah Indonesia akan mendorong transaksi menggunakan skema imbal dagang dengan Mesir. Hal ini mempertimbangkan keterbatasan atau kelangkaan devisa Mesir dan untuk menghindari kerugian pelaku usaha Indonesia atas kemungkinan tidak keluarnya devisa dari Mesir.
Bara mengungkapkan, Kemendag akan terus mendorong peningkatan perdagangan antara Indonesia dan Mesir, termasuk melalui imbal dagang. Ia pun berharap transaksi imbal dagang dapat segera terealisasi dengan negara-negara mitra lainnya.
"Kami sangat senang dengan pencapaian ekspor perdana kopi dalam skema imbal dagang dengan Mesir. Transaksi dalam skema imbal dagang bisa kita perbanyak sebagai alternatif perdagangan dengan negara mitra," ungkapnya.
Pelepasan ekspor kopi ini merupakan bentuk sinergi berbagai pihak seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, pelaku usaha serta pemangku kepentingan terkait. Tujuannya sendiri untuk meningkatkan kinerja ekspor kopi Indonesia ke Mesir sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi petani kopi di Indonesia. Terlebih, kualitas kopi asal Subang pun sudah berskala internasional dan termasuk jajaran kopi elit dunia.
"Skema imbal dagang ini mudah-mudahan bisa dengan negara-negara lain bukan hanya Mesir saja, jadi apa yang dibutuhkan oleh kita sama apa yang dibutuhkan oleh negara lain bisa kita lakukan skema imbal dagang ini," kata Bara.
Sementara itu, menurut petani kopi asal Subang Miftahudin, mengaku petani tentunya dapat keuntungan terkait dengan traksaksi imbal dagang kali ini. Selain dapat keuntungan berupa uang, tentunya dalam kopi yang diproduksi tersebut bisa lebih dikenal di mancanegara.
"Kalau transaksi ini jelas menguntungkan, apa yang dibutuhkan pemerintah dari kopi kami akan kami persiapkan, apalagi kopi dari produksi kami bisa dikenal juga di seluruh dunia," ucap Miftahudin.
Pelepasan ekspor kopi ke Mesir kali ini juga merupakan transaksi ekspor pertama yang dilakukan melalui imbal dagang sejak transaksi imbal dagang dengan Thailand pada 1996. Saat itu, dua pesawat produksi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) ditukar dengan 110 ribu ton beras ketan Thailand.
(dir/dir)