Harga cabai rawit di tingkat petani Kabupaten Kuningan melambung hingga menyentuh angka Rp40 ribu per kilogram. Meski terdengar menguntungkan, nyatanya hasil panen komoditas tersebut malah berkurang.
Hal itu diungkapkan salah satu petani cabai di Desa Sembawa, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Iriyanto (53). Dalam kondisi normal, dia mengaku bisa memanen cabai rawit 1-1,5 kuintal. Namun kini pada panen terakhirnya cabai rawit yang dihasilkan hanya sekitar 75 kilogram.
Kondisi cuaca yang didominasi hujan intensitas tinggi saat awal tahun, menjadi dalang utama menyusutnya hasil panen di kebunnya. Meski begitu, bagi petani kecil seperti dirinya Iriyanto bersyukur masih bisa menjual cabai rawit pada harga relatif tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga cabai rawit Rp40 ribu per kilogram. Normalnya Rp20 ribu sampai Rp30 ribu. Faktor penyebab pasokan cabai rawit dari daerah lain berkurang dan ada yang gagal panen. Ini cukup menguntungkan walaupun produksi kita berkurang," kata Iriyanto kepada detikJabar, Rabu (22/2/2023).
Iriyanto sendiri memiliki kebun cabai seluas 560 meter per segi. Dalam satu kali panen, total biaya operasional yang dikeluarkannya sebesar Rp800 ribu. Angka tersebut belum termasuk kebutuhan lainnya.
Bila kondisi cuaca bagus dan harga tengah stabil, maka omzet yang didapat Iriyanto terbilang lumayan. Akan tetapi gegara produksi cabai rawit menurun, pendapatannya tidak jauh berbeda saat kondisi normal.
"Hasil panen kemarin itu sekitar Rp2,8 juta. Walaupun harganya naik, tapi perbandingan keuntungannya sedikit. Kebantunya sama harga yang naik aja," ujarnya.
Di samping jumlah produksi menurun, Iriyanto juga mengeluhkan banyaknya cabai rawit yang busuk akibat cuaca ekstrem. Hal ini pada akhirnya membuat biaya operasional yang dikeluarkan sedikit lebih besar.
Hal serupa dirasakan Yeyet. Salah satu petani cabai rawit di Desa Sembawa. Kepada detikJabar, dia mengeluhkan banyak kendala yang harus dihadapi pada musim panen kali ini.
Cuaca ekstrem disertai serangan hama patek membuat hasil panennya berkurang. Jika biasanya di musim penghujan kebunnya dapat menghasilkan sampai 1 kuintal cabai rawit, kini untuk memperoleh 30 kilogram saja sudah untung baginya.
"Kondisinya tidak menentu. Biasanya bisa panen sampai 1 kuintal, ini malah minimalnya cuman 30 kilogram. Serangan hama sama cuaca hujan bikin cabai cepat busuk, bahkan ada juga pohonnya yang mati," katanya.
Dari pantauan detikJabar, kondisi cabai rawit di beberapa kebun milik petani Desa Sembawa terlihat cukup memprihatinkan. Tidak sedikit dari buah yang dihasilkan menghitam sampai membusuk.
Total terdapat 15 hektare lahan perkebunan cabai rawit di desa ini. Kebanyakan komoditas tersebut sudah memasuki waktu panen. Kendati demikian, jumlah panen sekarang membuat petani bimbang di tengah harga cabai yang melambung tinggi.
(dir/dir)