Pasokan gabah kering panen (GKP) dari petani kian menyusut. Imbasnya, jumlah produksi beras di sejumlah pabrik penggiling padi di Kabupaten Kuningan mengalami penurunan.
Salah satunya dialami oleh sebuah pabrik penggiling padi di Desa Kramatmulya, Kabupaten Kuningan. Di sini produksi beras terhenti. Padahal saat kondisi normal, tempat tersebut mampu menghasilkan beras sampai 2 ton per hari.
Pantauan detikJabar di lokasi, tempat ini tampak sepi. Hanya terdapat mesin penggiling usang yang tidak lagi beroperasi. Akan tetapi, sesekali masih terlihat beberapa konsumen yang melakukan aktivitas jual-beli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minimnya pasokan gabah dari petani dikeluhkan oleh pengelola pabrik penggilingan ini. Sebab, saat stok GKP langka itu artinya tak ada padi yang bisa digiling. Alhasil, produksi terhenti dan omzet sehari-hari kian mengecil.
"Kita nggak produksi beras tiap hari. Kadang seminggu hanya tiga kali. Saat ini belum ada stok gabah dari petani. Ditambah daya beli masyarakat lagi berkurang," ujar Pengelola Pabrik Beras di Desa Kramatmulya, Sri Dewi kepada detikJabar, Selasa (14/2/2023).
Berkurangnya pasokan gabah dari petani, kata Sri, disebabkan oleh beberapa faktor. Selain belum masuk puncak musim panen, kondisi cuaca sangat berdampak pada lesunya produktivitas padi.
Selama musim penghujan banyak sekali petani yang mengalami gagal panen. Kondisi ini semakin diperparah dengan menurunnya kualitas padi yang dihasilkan.
"Sekarang tidak menentu. Dapat 1 ton per hari saja sudah bagus. Sekarang paling bisa 6 kwintal beras. Kualitas gabah sekarang ini kadang bagus, kadang juga jelek," kata Sri.
Menurunnya kuantitas produksi beras di tempatnya sangat berpengaruh terhadap omzet yang dihasilkan. Meski tidak merincinya secara pasti, Sri mengaku tengah menghadapi kondisi yang cukup sulit.
Diungkapkan Sri, harga GKP di tingkat petani saat ini kian naik. Namun, jumlah pasokannya malah menurun. Hal tersebut membuat harga jual beras dari pabrik ke pedagang pasar mengalami peningkatan.
Di tempatnya, beras premium dijual seharga Rp12.000 per kilogram. Sedangkan untuk jenis medium, dia hanya mematok harga sekitar Rp11.000 per kilogram
"Saat ini serba sulit. Untuk operasionalnya kita cukup besar. Contoh kita pakai solar aja saat sekali produksi beras bisa habis 30 liter. Karyawan ada tiga orang, sekarang mereka kerjanya digilir. Sehari dibayar Rp100 ribu," tuturnya.
Sementara itu salah satu petani di Desa Kramatmulya bernama Ali menuturkan, naiknya harga gabah kering ini sebenarnya menjadi berkah tersendiri bagi petani. Sebab, petani kini bisa menjual gabah senilai Rp7.000 per kilogram.
"Harga gabah sekarang itu di tingkat petani Rp7.000 per kilogram. Normalnya hanya Rp4.200 sampai Rp5.000," katanya.
Walaupun harga gabah naik, diakui Ali, produksi padi di tempatnya justru berkurang. Cuaca buruk dan serangan hama jadi dalang utama yang mengakibatkan jumlah panen tidak sebanyak dahulu.
"Akibat produksi berkurang, makanya harga gabah naik di tingkat petani. Pasokan kita ke pabrik penggilingan padi juga kurang. Kita biasanya kirim padi sampai 1 ton, tapi sekarang ini cuman 3 atau 4 kwintal," imbuhnya.
Ali menambahkan, puncak musim panen biasanya terjadi di bulan Maret. Akan tetapi, pada bulan Februari juga banyak yang sudah memanen padinya di sawah.
"Faktor cuaca juga berpengaruh, apalagi untuk mengeringkan gabah. Sekarang kita butuh seminggu sampai gabah benar-benar kering. Padahal kalau cuaca bagus, cukup dua hari," pungkasnya.
(mso/mso)