Pemerintah tengah menggulirkan program ketahanan pangan melalui program food estate. Untuk menjaga ketahanan pangan, Indonesia dinilai perlu menambah lahan pertanian.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Pertanian Universitas Padjajaran Tualar Simarmata. Dia menyebut penambahan lahan pertanian ini dibutuhkan mengingat kebutuhan pangan terus meningkat setiap tahunnya.
"Luas sawah kita saat ini sekitar 7,5 juta hektare. Kalau kita bisa menambah katakanlah 5 juta hektare, dan itu secara bertahap, maka kita sudah pasti bisa menjadi mandiri pangan, swasembada sangat kuat," kata Tualar, Kamis (19/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait program food estate yang sedang dicanangkan pemerintah menurutnya perlu proses. Dia melihat program tersebut masih perlu penyempurnaan.
Sebagaimana diketahui, program itu sudah dikembangkan di sejumlah daerah di tanah air. Komoditas yang dikembangkan meliputi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, sorgum, buah-buahan, sayur-sayuran, sagu, kelapa sawit, tebu, dan ternak sapi atau ayam.
"Ada kemajuan, tetapi memang progresnya perlahan. Jadi, menurut saya food estate itu bagus sekali, tapi dalam implementasinya keliatannya harus banyak penyempurnaan sehingga tidak terlalu banyak kegagalannya" ungkapnya.
Dia pun menyarankan agar program tersebut dikelola secara khusus oleh badan profesional baik BUMN atau swasta. Sehingga, hasilnya bisa lebih maksimal.
"Manajemennya harus dibikin satu pintu, dari A sampai Z. Kalau mau bikin food estate, kan harus ada satu company yang menjadi induknya. Nah, induknya itulah yang menurut saya harus dibuat profesional," jelasnya.
"Kemudian, dalam pelaksanaan di lapangan atau mitranya bisa para petani milenial. Nanti tinggal dihitung satu petani itu bisa berapa hektar supaya hidupnya bisa nyaman dan penghasilannya layak. Jadi ini memang memaksa petani jadi kaya," tambanya.
(wip/dir)











































