Keterbatasan lahan tak menjadi halangan bagi puluhan warga Kampung Sukanampa RW 19, Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi bercocok tanam.
Berada di tengah kawasan padat penduduk yang jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya hanya disekat oleh jalan gang selebar satu motor, agaknya tak mungkin aktivitas tanam-menanam bisa berjalan dengan baik.
Tapi keraguan itu terpatahkan kala warga akhirnya mendeklarasikan kampungnya sebagai 'Kampung Cengek'. Nama ini mengacu pada tanaman cengek yang menjadi komoditi utama sektor perkebunan di wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kampung cengek ini dirintis dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Berseri RW 19. Jadi berawal dari hobi menanam sayuran di teras rumah masing-masing, akhirnya kita bikin wadah KWT ini," ujar Idar Hendrayani (44), ketua KWT Berseri RW 19 saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Usia KWT dan program menanam cengek atau yang umumnya dikenal khalayak sebagai cabai rawit, sebetulnya baru 1,5 tahun belakangan. Saat warga hanya diperbolehkan beraktivitas dari rumah kala pandemi COVID-19 2021 lalu.
Sebagian emak-emak kala itu sudah melakoni hobi menanam sayuran, salah satunya cabai namun kemudian dikembangkan menjadi lebih produktif. Jadilah KWT bersama karang taruna dan pengurus RT serta RW setempat makin serius menggeluti bidang tersebut.
"Dari cengek itu kemudian kita kembangkan ke sayuran lainnya. Ada seperti sawi jepang, terus waluh (labu siam), banyak yang lainnya juga. Ada juga tanaman obat-obatan," ucap Idar.
![]() |
Ditanam di Pot Setiap Rumah
Sejak dirintis, awalnya ada 35 emak-emak yang terlibat di dalam wadah KWT Berseri RW 19. Mereka bergerak bersama mulai dari pembibitan, penyemaian, hingga proses panen.
"Yang aktif mungkin sekarang hanya 60 persen saja, soalnya kan yang lain pada punya kesibukan masing-masing, rata-rata yang mengurus keluarga," ujar Idar.
Konsep ketahanan pangan di lingkungan kampung tersebut terealisasi dengan keterlibatan warga lain menanam benih cabai rawit yang disemaikan oleh KWT Berseri. Bibit cabai diberikan pada setiap rumah tangga untuk ditanam di pot.
"Di RW 19 ini kan ada 5 RT, kita sudah sebar bibit cengek ke warga. Awalnya itu setiap rumah dibagi 2 bibit, cuma kan terlalu sedikit karena pasti ada yang mati. Makanya kita target ini sekarang akan bagikan 10 bibit cengek," kata Idar.
"Kemudian kita lihat juga orang-orang yang memang sudah niat mau mengurus tanamannya. Bukan asal dikasih tapi enggak mau mengurus, sayang kalau begitu," tambahnya.
Sementara anggota KWT Berseri, kata Idar, fokus pada pembibitan dan pengembangan tanaman cengek serta tanaman lainnya di tiga titik lahan yang ada di kampung tersebut.
"Jadi di sini kita manfaatkan lahan milik warga yang rela dipakai untuk pengembangan sayuran. Total itu ada tiga titik yang kita manfaatkan lahannya," ucap Idar.
![]() |
Konsep Bottom Up
Kampung cengek di RW 19 Kampung Sukanampa itu ternyata lahir dari masyarakat yang didukung pemerintah alias bottom up. Dilatarbelakangi dari keinginan memberdayakan masyarakat setempat.
"Awalnya dari konsep warga di sana, yang melihat kebutuhan supaya KWT yang sudah berduri bisa lebih optimal. Istimewanya lagi ini konsep bottom up. Jadi bukan pemerintah yang menggagas konsep kampung cengek, tapi memang dari masyarakat yang dikomunikasikan ke kami di kelurahan," kata Lurah Cigugur Tengah, Rezza Rivalsyah Harahap.
Niat memberdayakan masyarakat itu ternyata tak perlu muluk-muluk, cukup dengan membantu memenuhi kebutuhan mereka yang dalam hal ini berupa cengek atau bumbu dapur.
"Jadi ini pemberdayaan masyarakat melalui kampung cengek dan sangat kami sambut baik. Jadi harapannya bisa dari sini saja (kebun dan pot), nggak perlu beli lagi buat memenuhi kebutuhannya sendiri," tutur Rezza.
Warga pun tak perlu menyediakan lahan yang luas. Mereka cuma perlu menyediakan waktu dan keinginan untuk mengurus bibit cengek yang diberikan KWT sampai kemudian bisa dipanen.
"Konsepnya sederhana, awalnya pembibitan kemudian disebar ke masyarakat. Konsep ini tepat di Cigugur Tengah yang punya keterbatasan lahan. Jadi bibit cabai ditanam di pot atau polybag. Mudah-mudahan ini bisa berkembang lagi, (cengek) bisa jadi komoditi unggulan di kelurahan kita," kata Rezza.
(iqk/orb)