Cuaca buruk yang melanda wilayah perairan Waduk Jatiluhur, Purwakarta, membuat jutaan ikan di keramba kolam jaring apung (KJA) mati. Musibah ini terjadi di zona 5, wilayah Pasirkole dan Pasirlaya, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani dan Desa Kitamanah, Kecamatan Sukasari.
Menurut salah seorang pemilik kolam, Nono Supriatna, insiden ini mulai terjadi pada Minggu (1/1/2023) malam. Semua ikan mengambang dan sudah tak bernyawa.
"Ikan semua pada mati, disebabkan udah seminggu nggak ada matahari karena cuaca buruk, jadi air berubah sangat dingin," ujar Nono saat ditemui di Waduk Jatiluhur, Senin (2/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nono mengatakan, mati massal ikan ini terdeteksi sejak dua hari lalu. Saat itu, ikan berenang dan megap-megap di permukaan air, kemudian tidak lama ikan mengambang dan mati.
![]() |
Ia sebenarnya sudah memprediksi soal cuaca buruk yang bakal terjadi pada Februari mendatang. Itu berdasarkan pengalamannya setiap tahun. Namun alam berkata lain, cuaca buruk datang lebih cepat, tepatnya terjadi pada akhir Desember 2022.
"Karena udah tanggung, udah masuk benih di sekitar bulan Oktober. Biasanya kan di bulan dua (Februari) cuaca buruk," katanya.
Sekitar 18 ton ikan di kolam jaring apung miliknya mati semua. Khusus ikan usia tanam sekitar 1-2 bulan dibiarkan dan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kerugian yang dialami Nono pun cukup besar. Namun menurutnya kerugian ini lebih kecil jika dibandingkan mati massal itu terjadi saat masa panen.
"Kerugian sekitar Rp 400 juta, kalau udah masuk masa panen bisa lebih banyak kerugiannya. Apalagi yang lain nggak tanam, hanya di zona 5 yang tanam. Jadi kalau pas panen harga jual pasti mahal, ya sekarang dikasih aja ke warga buat bikin ikan asin atau apa," ungkap Nono.
"Sebenarmya yang mati banyak banget ada sekitar 18 Ton, cuma yang di perahu itu yang ke bawa aja. Sengaja dibawa untuk dibagikan ke warga siapa tau ada yang membutuhkan untuk ikan asin. daripada dibuang," ujarnya.
Dilihat detikjabar, ikan itu tidak semua mati, ada yang masih megap-megap, ada yang mati tapi masih 'segar'. Warga sekitar langsung berbondong-bondong mendekati perahu, mereka membawa berbagai wadah seperti plastik besar, karung, ember hingga wadah yang bisa menampung ikan lebih banyak.
![]() |
Mereka bergantian menaiki perahu. Sebab jika terlalu penuh, khawatir perahu terbalik dan membuat warga jatuh ke Danau Jatiluhur. Mereka ada yang membawa ikan alakadarnya, ada juga yang membawa hingga puluhan kilo, mulai dari anak kecil hingga orang tua ikut antre dan mengambil ikan itu.
"Iya ini ngambil ikan, dikasih sama Pak Nono. Ikannya mau dibuat pepes," ujar Mak Enah, salah seorang warga.
Hal senada dikatakan Ida. Ia sengaja datang ke lokasi ini meski berjarak jauh. Ia sendiri mengetahui ada pembagian ikan tersebut di grup aplikasi pesan.
"Di grup, siapa yang butuh ikan datang ke sini. Iya ikan mati, tapi kebanyakan yang masih seger, bisa juga buat olah pepes. Ini ngambil dua kantong kresek yang gede-gede, ada 20 kilo-an mah," ungkap Ida sambil memuat ikan ke sepeda motornya.
(iqk/orb)