Menyemai Asa ala Bocah Penjual Salak di Bandung

Malam Mencari Cuan

Menyemai Asa ala Bocah Penjual Salak di Bandung

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 18 Des 2022 10:00 WIB
Ival, bocah penjual salak di Kota Bandung.
Ival, bocah penjual salak di Kota Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Malam itu Bandung baru selesai hujan. Jalan Lengkong Kecil di Kota Bandung pun masih basah. Tapi sejumlah tenant makanan di jalan itu pun mulai ramai, banyak warga hendak mencari makan malam di jalan itu.

Di tengah keramaian, terlihat seorang bocah penjual buah salak yang sedang memikul dagangannya. Sesekali ia berhenti di tempat ramai berharap ada pembeli buah salaknya. Kadang berhenti di depan toko, di depan gerobak penjual makanan, kadang juga berhenti di tempat parkir pengunjung.

Bocah penjual buah salak itu bernama Rival Ramdani, usianya baru 13 tahun, ia warga Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Buah salak yang dijual Rival, dikemas dalam kemasan per satu kilogram dan dimasukan ke dalam karung lalu dipikul menggunkan sebilah bambu di pundaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Salak beli di pasar, lalu dijual lagi. Dijual Rp 15 ribu sebungkusnya," kata Rival kepada detikJabar belum lama ini.

Ival, sapaan karib Rival, mengaku saat ini masih duduk di bangku kelas 1 di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Kecamatan Ciparay. "Sekolah kelas 1 SMP mau ke kelas 2 di PGRI Ciparay yang di Cihelang. Kalau rumah di Cikawung," ungkapnya.

ADVERTISEMENT
Ival, bocah penjual salak di Kota Bandung.Ival, bocah penjual salak di Kota Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Ival mengaku berjualan salak sudah hampir satu tahun. Selain jualan salak, pada musim jagung tiba, ia juga berjualan jagung kukus. Biasanya ia berjualan keliling ke tempat keramaian yang ada di Kota Bandung.

"Ada setahunan, kalau nggak jualan salak, suka jualan jagung," ujarnya.

Ival biasanya berjualan setiap pulang sekolah. Ia pergi naik angkot dari Ciparay, Kabupaten Bandung ke kawasan Tegallega, Kota Bandung.

"Berangkat pulang sekolah jam 12 siang, langsung berangkat jualan. Pulangnya sekitar jam 11 atau jam 12 malam," tuturnya.

Demi Masa Depan

Semangat Rival patut diacungi jempol. Ival bertutur rela berjualan demi mencari uang untuk biaya sekolah, jajan dan diberikan kepada ibunya.

Ival mengaku sang ayah sudah lama meninggalkannya. Menurutnya, sang ayah sudah meninggal sejak ia masih kecil. Karena itulah, Rival harus bekerja keras.

"Bapak sudah nggak ada, meninggal pas saya masih kecil," kata Ival.

Setiap harinya, Ival bisa mendapatkan uang Rp 100-150 ribu dari hasil berjualan buah salak. Ia membagi uang itu untuk dirinya dan orang tuanya.

"Dapat Rp 100 ribu - 150 ribu, ke ibuin Rp 100 ribu, sama saya Rp 50 ribu," kata Ival.

Sementara sebelum berjualan di Kota Bandung, Ival sempat berjualan di dekat rumahnya. "Sebelum jualan jauh ke Kota Bandung, sebelumnya jualan di dekat rumah, jualan jagung, dapat upah Rp 50 ribu," tambah Ival.

Ival, bocah penjual salak di Kota Bandung.Ival, bocah penjual salak di Kota Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Saat disinggung mengapa dirinya mau berjualan buah salak, jauh-jauh dari Ciparay ke Kota Bandung, Ival menyebut ingin membantu sang ibu. "Pengen aja jualan, jadi nggak minta uang ke orang tua. Hasil dagang dikasihin ke ibu," tambah Ival.

Ival menyebut, memang berjualan mengganggu waktunya untuk belajar. Meski demikian pekerjaan itu terus ia jalani demi masa depannya.

"Sebenernya ibu nggak ngizinin, tapi saya yang mau. Ini juga kan buat bekal sekolah saya," tambah Ival.

Setiap hari Ival berangkat dari Ciparay sekitar pukul 12.00 WIB dengan menaiki angkot Ciparay-Tegallega sejauh 20 kilometer dan pulang sekitar pukul 23.00 WIB atau 24.00 WIB.

Tak ada rasa ingin menyerah dalam benak Ivan. Ia rela bekerja ekstra keras demi menggapai masa depan yang lebih cerah. "Tetap semangat saya mah," tambah Ival.

Halaman 2 dari 2
(wip/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads