Rempah Naik Kelas di Tangan Petani Muda Sumedang

Rempah Naik Kelas di Tangan Petani Muda Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Jumat, 18 Nov 2022 08:30 WIB
Wahyu, petani Sumedang yang membuat rempah naik kelas.
Produk yang dihasilkan Wahyu, petani muda di Sumedang. (Foto: Istimewa)
Sumedang -

Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang menjadi salah satu wilayah penghasil rempah di Indonesia. Beragam jenis rempah, seperti kunyit, lengkuas, jahe, kencur dan lada menjadi produk pertanian di wilayah tersebut.

Namun seperti produk pertanian pada umumnya, komoditas ini terkadang mengalami harga yang tidak stabil. Hal itu lantaran dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya faktor cuaca.

Menghadapi kondisi tersebut, para petani dituntut agar dapat mempertahankan harga di tengah pangsa pasar. Seperti yang dilakukan salah satu petani milenial asal Desa Sukatani, Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang, yakni Wahyu Yulianto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trik yang diterapkannya yakni mengolah rempah-rempah tersebut menjadi produk kemasan. Perhatiannya pada desain kemasan (packaging), menjadikan nilai jual produk hasil pertaniannya menjadi lebih tinggi.

"Rempah-rempah yang dikemas ini sebagai cara untuk menyiasati pasar karena setiap produk hasil pertanian pastinya mengalami fluktuatif harga. Dengan model kemasan seperti ini harganya bisa jauh lebih stabil, bahkan lebih tinggi," papar Wahyu kepada detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Rempah-rempah seperti Lada hitam dan lada putih yang telah diolah tampak cantik disuguhkannya dalam beberapa kemasan botol yang didesain sedemikian rupa.

Bahkan rempah-rempah seperti jahe dan kunyit sebagiannya ada yang dikreasikan menjadi minuman sehat dalam bentuk sachet. Tidak hanya itu, semua produk tersebut, ada pula yang didesain ke dalam bentuk hampers untuk keperluan cinderamata atau oleh-oleh.

Dengan trik seperti itu, diakui Wahyu, nilai jual rempah-rempah menjadi lebih tinggi dibanding jika dijual secara utuh kepada pengepul.

"Semisal saat ini untuk harga lada putih, jika dijual utuh ke pengepul harga sekilonya paling sekitar Rp 65 ribu. Namun lewat desain kemasan, harga sekilonya bisa mencapai Rp 120 ribu, itu kan bisa menaikan harga dua kali lipatnya," terangnya.

Wahyu, petani Sumedang yang membuat rempah naik kelas.Wahyu, petani Sumedang yang membuat rempah naik kelas. Foto: Istimewa

Ia menyebut untuk lada hitam atau lada putih dalam kemasan botol 50 gram dijualnya dengan harga Rp 10 ribu. Sementara untuk kemasan hampers yang di dalamnya terdiri dari 3 botol lada hitam dan lada putih serta 3 sachet minuman sehat dijualnya dengan harga Rp 100 ribu.

Wahyu pun menjamin produk yang dijualnya merupakan asli rempah tanpa tambahan bahan kimia apapun.

"Kemasan 50 gram dijual 10 ribu, berarti untuk 100 gram jadi 20 ribu dan jika dikalikan sekilo maka harganya bisa tembus 200 ribu, nah jika jual langsung ke pengepul jatuh harganya paling cuma 65 ribu per kilogramnya" paparnya.

Namun demikian, ia mengaku saat ini masih mengalami kendala pada saat proses pengolahan pasca panen. Pasalnya, alat yang digunakan sejauh ini terbilang masih seadanya.

"Selama ini dalam pengolahan pasca panen, kami masih menggunakan blender biasa yang seringkali jebol, hal itu menyebabkan terbatas jumlah produksi," ujarnya.

Wahyu, petani Sumedang yang membuat rempah naik kelas.Produk rempah yang dihasilkan Wahyu, petani muda Sumedang. Foto: Istimewa

Keterbatasan alat pengolahan itulah yang menjadi alasan kenapa ia belum berani memasarkannya secara luas. Padahal, produk rempah yang dijualnya sendiri telah mampu menghasilkan omzet sekitar Rp 10-15 juta setiap bulannya.

"Omzet baru Rp 10-15 juta karena itu tadi akibat keterbatasan alat pengolahan," ujarnya.

Menurut Wahyu, bisnis rempah saat ini cukup menjanjikan. Terlebih kondisi pandemi seperti sekarang ini menjadikan permintaan akan kebutuhan rempah terus mengalami peningkatan.

Wahyu sendiri saat ini menjabat sebagai ketua kelompok tani rempah bernama Dangiang Sukatani yang berlokasi di Desa Sukatani, Kecamatan Tanjungmedar. Kelompok tani ini memiliki anggota sebanyak 15 orang.

Ia pun berharap ada perhatian lebih dari pemerintah terkait persoalan yang dihadapinya saat ini. "Semoga saja nanti ada bantuan alat pengolahan rempah agar produk rempah saya semakin berkembang," ujarnya.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads