Menperin Harap Tak Ada Buruh yang Dirumahkan di Tengah Isu PHK Massal

Menperin Harap Tak Ada Buruh yang Dirumahkan di Tengah Isu PHK Massal

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 05 Nov 2022 23:00 WIB
Agus Gumiwang.
Agus Gumiwang (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil santer terdengar. Pemicunya lantaran permintaan ekspor anjlok akibat pelemahan ekonomi global.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun angkat suara terkait isu tersebut. Dia menyebut ancaman PHK massal itu disebabkan oleh tekanan ekonomi global. Meski demikian, dia berharap perusahaan tidak merumahkan para buruhnya.

"Kita berharap bahwa perusahaan-perusahaan itu tidak melakukan perumahan (buruh). Kita faham bahwa sekarang ada tekanan terhadap ekonomi global sehingga mempengaruhi pasar atau market global khususnya negara di Eropa di mana produk-produk yang biasanya menjadi primadona ekspor kita sekarang terganggu," kata Agus saat melakukan kunjungan ke Ponpes Darussyifa Al-Fithroh di Kabupaten Sukabumi, Sabtu (5/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan industri tekstil. Secara umum, ia mencontohkan dua cara yaitu penguatan market secara domestik dan digitalisasi.

"Kita harus mencari cara-cara lain misalnya yang pertama dengan penguatan dari domestik market. Kedua kita harus bisa melakukan efisiensi melalui digitalisasi, sehingga kita mengharapkan tidak ada (buruh yang) dirumahkan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sekedar diketahui, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap badai pemutusan hubungan kerja akan berdampak ke sektor bisnis garmen atau pakaian dan alas kaki. Hal itu disebabkan karena kedua sektor tersebut tengah mengalami penurunan orderan hingga 50%.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo, Anton J. Supit menjelaskan penurunan orderan itu mengakibatkan adanya ancaman PHK karyawan yang cukup besar. Terlebih, dua sektor itu juga mengandalkan orientasi ekspor ke Eropa hingga Amerika Serikat (AS). Kedua negara itu tengah mengalami penurunan perekonomian.

"Ada komoditas garmen dan sepatu itu karena permintaan dunia khususnya pasar Eropa dan Amerika menurun sekali, sehingga sepatu itu ordernya menurun sekali rata rata 50%, garmen rata rata 30%. Jadi pabrik-pabrik ini mengalami masalah sekarang dan ada ancaman PHK juga," ujarnya dikutip dari detikFinance.

(mso/mso)


Hide Ads