Isu badai PHK yang mengancam karyawan PT Kahatex di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat akhirnya menemukan titik terang. Perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil dan garmen itu dilaporkan batal merumahkan ribuan karyawannya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat Taufik Garsadi mengungkap, PT Kahatex batal mem-PHK sekitar 4.000an karyawan. Pihak perusahaan memilih jalan lain sebagai solusi untuk menyelamatkan bisnis industrinya yang ikut terdampak resesi global.
Baca juga: Buruh Jabar Minta UMP 2023 Naik 30 Persen |
"PHK di Kahatex Alhamdulillah sudah ada solusinya. Yang 4.000an karyawan di Kahatex nggak jadi dirumahkan, mereka masih bisa tetap bekerja di Kahatex," kata Taufik saat dikonfirmasi detikJabar via telepon, Rabu (2/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taufik mengatakan, manajemen PT Kahatex mengambil solusi supaya pemutusan kerja secara besar-besaran tidak terjadi di sana. Karyawannya masih bisa tetap bekerja dengan jam kerja yang dikurangi dari biasanya.
"Bahkan yang kemarin abis kontrak, diperpanjang lagi dan masih bisa kerja di Kahatex. Cuma perusahaan menerapkan aturan, jam kerjanya dikurangi. Itu bagi kami sudah cukup daripada adanya pemutusan kerja," tuturnya.
Sekadar diketahui, PT Kahatex yang berlokasi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terancam merumahkan para karyawan perusahaannya. Penyebab terbesar karena pabrik yang bergerak di bidang produksi tekstil dan garmen itu mulai mengalami kekurangan permintaan ekspor.
Kepala Disnakertrans Jawa Barat Taufik Garsadi mengatakan, PT Kahatex sudah melaporkan rencana untuk merumahkan para pekerjanya imbas dari kondisi itu. Namun, ia belum bisa merinci berapa banyak karyawan yang bakal dirumahkan melalui sistem pemutusan kontrak.
"Kahatex walaupun bukan di-PHK, tapi karyawannya bakal tidak diperpanjang kontraknya. Mereka lakukan itu karena dipicu pandemi selama 2 tahun, terus imbas dari perang Rusia-Ukraina," kata Taufik, Rabu (12/10/2022).
Taufik menjelaskan, PT Kahatex terpaksa mengambil kebijakan merumahkan pegawainya karena permintaan ekspor dari Eropa dan Amerika Serikat menurun drastis. Perang Rusia-Ukraina menjadi salah satu pemicu terjadinya krisis yang berdampak terhadap menurunnya permintaan ekspor tersebut.
Padahal menurut Taufik, pabrik padat karya di Jawa Barat, termasuk PT Kahatex, merupakan perusahaan yang berorientasi ekspor ke Eropa. Ancaman pemutusan kerja secara massal pun kini mulai dikhawatirkan terjadi kepada beberapa perusahaan.
"Memang ini luar biasa, baru tahun sekarang krisis dunia seperti Kahatex itu. Seumur-umur Kahatex dengan krisis apapun terus bertahan, tapi enggak mampu. Karena dulu jangankan berangan-angan kapan Amerika, Eropa sampai miskin seperti ini. Baru tahun sekarang gara-gara dipicu 2 tahun pandemi COVID, dilanjutkan dengan perang Ukraina-Rusia, itu luar biasa," terangnya.
(ral/iqk)