Tak disangka, Alan Sahroni (33) seorang warga Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat dapat meraup keuntungan usai menyulap serat daun nanas menjadi bahan tekstil seperti kain.
Alan mulai menjajaki bisnis memanfaatkan serat daun buah nanas sejak tahun 2013. Saat itu ia mengaku mengeluarkan modal awal sebesar sebesar Rp 21 juta untuk membeli keperluan mesin, rumah produksi hingga membeli daun nanas dari para petani.
"Modal awal itu sekitar Rp 21 juta. Itu sudah termasuk dengan rumah produksi atau kalau saya itu biasa sebut pabrik kecil-kecilan untuk membuat awal daun menjadi serat," ujar Alan kepada detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring berjalannya waktu, bisnisnya pun kian berkembang hingga saat ini. Dirinya kini memiliki sekitar 15 karyawan dari binaannya yang masih merupakan warga dari Kampung Cijoged. Hingga kini, ia meraup keuntungan rata-rata Rp 15 juta dalam kurun waktu satu bulan.
"Namanya usaha itu fluktuasi ya sebelumnya memang tinggi tapi sekarang paling sekitar Rp10-15 juta rupiah," katanya.
![]() |
Alan menyebut usaha memanfaatkan serat daun nanas hingga menjadi bahan tekstil ini baru pertama di Indonesia. Namun, dimulai periode tahun 2017 masyarakat di Subang maupun di daerah lain pun ikut mengikuti jejaknya. Bahkan dirinya pernah diundang untuk memberikan pelatihan dan pemahaman cara membuat serat daun nanas dapat dimanfaatkan.
"Yang saya tahu itu tahun 2013 sampai 2017 baru saya saja. Soalnya semua pabrik selalu memesan kepada saya. Nah di tahun 2017 baru banyak dan mulai berkembang untuk mengikuti jejak bisnis saya," katanya.
Alan juga menjelaskan, serat daun buah nanas ini memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan serat lain pada umumnya. Pasalnya, bahan tekstil yang dihasilkan dari serat daun buah nanas ini terbilang lebih kuat.
"Nah untuk serat daun nanas ini termasuk dengan serat alam yang jelas kekuatan daya tariknya pun berbeda dengan proses pemintalan dengan mesin secara industri. Kalau kekurangannya itu daun nanas kan besarannya tidak merata jadi saat dibuat menjadi bahan tekstil pun tidak merata," ungkapnya.
(orb/orb)