Hiber Tech (dalam bahasa Sunda Hiber artinya terbang dan Tech singkatan dari Technology) adalah sebuah start up yang tengah dirintis oleh Muhammad Ihsan Ismail (27) atau biasa dipanggil Ihsan, Warga Desa Citimun, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang.
Start up tersebut bergerak dalam bidang pembuatan software dan komponen pesawat terbang. Ihsan memulai usahanya pada 2020. Ia sendiri saat itu telah bekerja di sebuah perusahaan pesawat terbang luar negeri, yakni Flight Lithuania cabang Indonesia dari mulai Januari 2020 hingga Juli 2021.
Namun lantaran kecintaannya pada dunia kedirgantaraan tanah air, ia pun pada akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan ilmunya dengan melanjutkan S2 Teknik Elektronik di Universitas Telkom. Dan, fokus terhadap start up yang tengah dirintisnya tersebut.
Selain mengerjakan sejumlah proyek, Hiber Tech juga menjadi wadah bagi para pemuda di lingkungan tempat tinggalnya yang ingin belajar tentang dasar-dasar teknologi pesawat terbang.
Saat ini, sedikitnya sudah ada 6 orang yang tengah belajar dan tertarik dalam dunia teknologi pesawat terbang.
"Kita welcome untuk anak muda yang mau belajar dan berkreasi, karena kita bermain d teknologi dan industry creative jadi perlu anak-anak muda yang mempunyai imaginasi dan mau mewujudkannya," ungkap Ihsan kepada detikJabar, Jumat (28/10/2022).
Hiber Tech sendiri saat ini masih sebatas mengerjakan proyek-proyek lokal atau pesanan serta belum dipasarkan secara luas atau komersil. Selain itu Hiber Tech juga masih bersifat subcont atau rekanan dengan perusahaan lain yang telah memiliki legalitas.
Hal itu, diakui Ihsan, lantaran keterbatasan modal. Dalam mengembangkan usahanya ini, Ihsan mengaku hanya bermodalkan tekad yang kuat dengan dibarengi ilmu serta pengalaman di tempat kerjanya dulu.
Ihsan sendiri telah mengantongi beberapa lisensi dalam dunia teknologi pesawat terbang, di antaranya C1(radio& elektronik), C2 (instrument) dan C4 (electrical) atau basic license approved (lisensi dasar persetujuan) dari Kementerian Perhubungan.
Ihsan menyebut software pesawat yang sudah pernah dibuat di antaranya Flight data monitoring atau software yang dapat membaca dan menampilkan record data pesawat selama terbang.
"Dari flight data recorder (black box pesawat) menjadi simulasi cockpit sehingga bisa disimulasi pergerakan pesawat ketika sedang terbang," terangnya.
Kemudian Ia pun pernah membuat software artificial horizon software atau software yang menampilkan pergerakan sikap pesawat ketika sedang terbang.
"Software electronics flight instument system ini yang menjadi indikator parameter seperti kecepatan pesawat, ketinggian pesawat dan lain sebagainya," ujarnya.
Sementara untuk komponen pesawat yang dibuat, diantaranya komponen artificial horizon yang sudah pernah di pasang di pesawat tecnam serta sudah diujicobakan terbang di FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).
Komponen lainnya, seperti komponen simulator pilot statis tester sebagai alat simulator pembelajaran untuk mahasiswa teknisi avionics.
Atau beberapa yang pernah dibuatnya, diantaranya Artificial Horizon Pesawat, Electronics Flight Instrument System, Air Speed, Altimeter, Air Data Test Set, Multy Temperature Tester, Test Bench Pesawat Hercules di TNI AU, robot di Kodim 0610 Sumedang, robot di Dislitbang TNU AU, repair komponen pesawat d TNI AL dan ciptaan lainnya.
Ihsan menambahkan, saat ini bersama timnya di Hiber Tech tengah mengerjakan sebuah proyek berupa pembuatan drone.
"Kita sekarang di workshop lagi bikin drone, diantranya satu drone quadcopter dan satu drone fixed wing," ucapnya.
Kendala yang Dihadapi Hiber Tech
Keterbatasan modal dan regulasi menjadi kendala yang dihadapi Hiber Tech dalam mengembangkan usahanya di dalam dunia kedirgantaraan.
Ihsan mengatakan, persoalan modal menjadi persoalan yang dihadapi oleh start up yang sedang dirintisnya.
"Permasalahan pertama modal karena untuk bisa komersil komponen elektronik yang digunakan harus mengikuti standarisasi yang bisa mengikuti standart regulasi Federal aviation administration (FAA) atau European aviation safety agency (EASA)," ungkap Ihsan.
Permasalahan lainnya, sambung Ihsan, terkait persoalan regulasi.
"Kita harus bisa kerja sama atau memenuhi standar regulasi Directorate General civil of aviation (DGCA) atau Kementerian Perhubungan Udara Indonesia," terangnya.
Ihsan berharap adanya dukungan dari pemerintah terutama dalam hal permodalan atau dalam hal menarik investor.
"Saya berharap ada dukungan investor untuk mendukung kita selaku anak muda yang berkreasi di dunia teknologi dan saya berharap segera dapat investor supaya bisa masuk ke tahap scale up untuk bisa menambah fasilitas sehingga mempermudah pekerjaan kita," paparnya.
"Kami juga memerlukan dana pelatihan untuk menambah skill dari tim kami sendiri supaya mempermudah dalam implementasi pembuatan inovasi teknologi kita," Ihsan menambahkan.
(mso/mso)