Artificial Intelligence (AI) yang mulai mengambil alih banyak pekerjaan menjadi tantangan tersendiri bagi para fresh graduate di seluruh dunia. Terutama mereka yang berencana langsung bekerja usai lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dalam laporan Wall Street Journal, sistem sekolah di Amerika Serikat (AS) mulai menjawab tantangan itu. Salah satu caranya adalah dengan menyusun kurikulum baru sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Kurikulum tersebut menggabungkan keterampilan lama bengkel seperti pertukangan kayu dan pengelasan dengan teknologi. Para siswa juga diajarkan cara mengoperasikan mesin otomatis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelas Bengkel Sempat Dihapuskan dari Sistem Sekolah AS
Salah satu sekolah yang mengadopsi kurikulum tersebut adalah SMA Middleton di Wisconsin. Sekolah tersebut menghabiskan $90 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun (kurs Rp 16.590) untuk membangun laboratorium manufaktur berteknologi tinggi.
Laboratorium di SMA Middleton memiliki sebuah alat yang dilindungi jendela berbentuk mangkuk ikan. Di dalamnya ada lengan robot yang mampu dikendalikan dengan komputer untuk membuat sesuatu.
Dari situ, minat terhadap kelas bengkel berteknologi canggih mulai meningkat.
Quincy Millerjohn seorang guru bahasa Inggris yang kemudian jadi instruktur pengelasan di sekolah daerah Madison, membeberkan kepada siswa gaji pekerja di bidang tersebut. Untuk pekerja di pabrik besi dan pembuatan ketel uap, gaji yang didapatkan berkisar $41-$52 per jam atau sekitar Rp 679 ribu-Rp 862 ribu per jam.
Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar seperempat dari 2.300 siswa SMA Middleton telah mengambil kelas bengkel. Mereka mengasah berbagai kemampuan seperti konstruksi, manufaktur, atau pertukangan kayu.
Jumlah ini dinilai cukup besar, mengingat sistem sekolah AS menghapuskan kelas bengkel pada tahun 1900-an dan 2000-an.
"Kami ingin anak-anak yang mengambil kelas ini (juga dapat) membantu nilai mereka beserta dengan kelas tingkat lanjut dan penghargaan. Anak-anak dapat melihat ini bukan pekerjaan yang melelahkan," kata Millerjohn dikutip dari laman Futurism, Rabu (26/3/2025).
Imbas dari Kehadiran AI?
Kini kelas-kelas yang mengajarkan keterampilan bengkel mengalami semacam kebangkitan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Dari tidak terjangkaunya biaya kuliah hingga kekhawatiran tentang AI yang mampu menggantikan pekerja kantoran di masa depan. Akibatnya, generasi pekerja di Amerika kembali meminati pekerjaan pabrik.
Hal tersebut ikut disetujui konsultan pendidikan di Departemen Pendidikan Publik Wisconsin, Jake Mihm. Menurutnya kini sudah terjadi pergeseran paradigma bagi generasi pekerja Amerika berikutnya.
Alih-alih bekerja kantoran, mereka akan memilih jabatan buruh kasar. Di mana jabatan itu memilih upah tinggi sehingga menarik banyak orang.
"(Jabatan buruh kasar) adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan upah tinggi yang menarik bagi banyak orang. Karena pekerjaan tersebut dikerjakan secara langsung (oleh pekerja)," ucap Mihm.
Tidak hanya SMA Middleton, Spring Branch Independent School District di wilayah Houston, Texas juga punya rencana serupa. Mereka telah mendapatkan dana senilai $381,6 juta (Rp 6,3 triliun) untuk membuat fasilitas pendidikan teknik di sekolahnya.
Penanggung jawab program, Jennifer Blaine mengaku antusias peserta untuk mengikuti pelatihan kejuruan di sekolahnya meningkat. Bahkan hingga 9 persen selama empat tahun terakhir.
"Tidak semua orang ingin kuliah dan sebagian orang tidak ingin langsung kerja setelah lulus SMA," tandas Blaine.
Di Indonesia 'kelas bengkel' dan kemampuan kerja dituangkan dalam pendidikan vokasi. Di jenjang pendidikan sekolah menengah hadir di SMK dan perguran tinggi berada di Diploma 3 (D3) dan Diploma 4 (D4).
Ketiganya sama-sama mempersiapkan lulusannya untuk menghadapi tantangan langsung di dunia kerja.
(det/nwy)