Perajin tempe di Kota Cimahi dibikin pusing dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak pertengahan September lalu. Kondisi itu berdampak pada produksi tempe harian mereka.
Saat ini harga kedelai per kilogram naik menjadi Rp 12.700. Padahal di awal tahun harga per kilogram kedelai hanya Rp 8.000. Sempat naik lagi namun disubsidi pemerintah hingga harganya bertahan di Rp 11.100 per kilogram.
"Sudah sejak pertengahan September naiknya, sekarang Rp 12.700. Sebelumnya naik dikit-dikit dari Juli, setelah harganya disubsidi," kata Kusnanto (54), perajin tempe di Kota Cimahi, Jumat (30/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga kedelai berimbas pada harga tempe yang terpaksa dinaikkan. Meskipun kenaikan harga tempe tak bisa dilakukan sembarangan dan tanpa perhitungan karena bisa memberatkan konsumen.
Misalnya untuk potongan tempe dengan berat sekitar 8 ons kini dijual dengan harga Rp 10.000 atau naik Rp 2.000 dari harga sebelumnya.
"Harga tempe itu tergantung ukurannya, jadi yang awalnya dijual Rp 6.000 sekarang jadi Rp 7.000. Mau dinaikkan harganya Rp 500 juga repot, syukur banyak pembeli yang memaklumi," kata Kusnanto.
Selain itu pihaknya juga menyiasati kenaikan harga kedelai dengan mengecilkan ukuran tempe yang dibuat. Sebab tak mungkin menaikkan harga terlalu tinggi apalagi sampai mengganti kualitas kedelai.
"Kalau diganti dengan kedelai kualitas rendah, nanti tempenya jelek. Kalau naiknya terlalu tinggi ya kasihan pembeli, sebetulnya saya sendiri sudah 'eungap' ini," ucap Kusnanto.
Kenaikan harga kedelai juga turut diperparah dengan naiknya harga BBM karena secara tidak langsung turut menambah beban biaya operasional. Hal itu berpengaruh pada omset yang diraihnya setiap bulan.
"Untuk omset sebetulnya berkurang sekitar 30 persen karena harga kedelai naik dan harga BBM juga ikut naik. Kami berharap Bulog turun tangan lagi, pemerintah bisa memberikan subsidi," kata Kusnanto.
(mso/mso)