Resesi Global Bakal Lebih Parah, Ini Hasil Studi Bank Dunia

Kabar Nasional

Resesi Global Bakal Lebih Parah, Ini Hasil Studi Bank Dunia

Tim detikFinance - detikJabar
Jumat, 16 Sep 2022 11:12 WIB
Poster
Ilustrasi (Foto: Edi Wahyono)
Jakarta -

Bank Dunia (World Bank) menyatakan ancaman risiko resesi global meningkat pada 2023. Sebab, suku bunga di seluruh bank sentral naik.

Dikutip dari detikFinance, dilaporkan Reuters, ekonomi di tiga besar dunia Amerika Serikat (AS), China dan Uni Eropa (UE) telah melambat. "Bahkan pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat mendorongnya ke dalam resesi," kata Bank Dunia dalam studi barunya, Jumat (16/9/2022).

Ekonomi global melambat tajam menyusul pemulihan pasca resesi sejak 1970. Kepercayaan konsumen pun menurun drastis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.Dia khawatir tren ini akan bertahan dengan konsekuensi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang akan hancur.

Bank Dunia memprediksi kenaikan suku bunga berlangsung hingga tahun depan. Kondisi demikian, tak cukup membuat inflasi kembali ke tingkat sebelum pandemi.

ADVERTISEMENT

"Kecuali jika gangguan pasokan dan tekanan pasar tenaga kerja mereda, tingkat inflasi inti global tidak termasuk energi dapat bertahan di sekitar 5% pada 2023, hampir dua kali lipat rata-rata lima tahun sebelum pandemi," jelasnya.

Untuk mendorong inflasi lebih rendah, Bank Dunia menilai perlu kenaikan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase, di atas kenaikan 2 poin yang sudah terlihat di atas rata-rata tahun 2021. Meski risikonya pertumbuhan ekonomi global menjadi 0,5% pada 2023, atau kontraksi 0,4% dalam istilah per kapita dan akan memenuhi definisi resesi global secara teknis.

Malpass mengatakan pembuat kebijakan harus mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi, termasuk upaya untuk menghasilkan investasi tambahan dan peningkatan produktivitas.

Wakil Presiden Bank Dunia Ayhan Kose mengatakan pengetatan kebijakan moneter dan fiskal baru-baru ini akan membantu memangkas inflasi, tetapi tindakan yang sangat sinkron dapat memperumit situasi dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global.

"Bank sentral dapat memerangi inflasi tanpa resesi global dengan mengomunikasikan keputusan kebijakan mereka dengan jelas. Pembuat kebijakan harus menerapkan rencana fiskal jangka menengah yang kredibel dan terus memberikan bantuan yang ditargetkan kepada rumah tangga rentan," saran studi baru Bank Dunia tersebut.




(sud/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads