Ikan dewa atau ikan kancra oleh sebagian orang dianggap sebagai ikan keramat. Banyak mitos yang mengaitkan dengan keberadaan dan asal-usul untuk jenis ikan satu ini.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kkp.go.id, nama latin dari ikan jenis ini bernama Tor sp. Ikan jenis air tawar ini memiliki beragam nama di sejumlah daerah di Indonesia.
Di Jawa Barat, dipanggil dengan nama ikan kancra, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama ikan tombro, di Sumatera bagian selatan dipanggil dengan nama ikan semah. Di daerah lainnya, bernama ikan batak, ikan curong, ikan lempon, ikan ihan, ikan sepan, ikan kelah, ikan masheer, ikan torsoro dan ikan dewa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Kabupaten Sumedang sendiri, ikan ini sukses dibudidayakan oleh salah seorang warga hingga pernah sampai menembus omzet hingga seratusan juta Rupiah dalam satu bulan.
![]() |
Dia adalah Dedin Khoerudin, pembudidaya ikan kancra di kawasan mata air Ciburial Dusun Margamukti, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka.
Ikan kancra di kampung halamannya memang sudah ada sejak dari dulu. Ia pun tergerak untuk melestarikan keberadaan ikan jenis ini selain dari sebagai peluang usaha.
"Jadi di saat orang memitoskan ikan ini, saya lebih tertarik mempelajarinya bagaimana membudidayakan agar ikan ini tetap lestari sekaligus bagaimana ikan ini bisa jadi sebagai potensi usaha karena harganya menjanjikan," ungkapnya kepada detikJabar.
Ia sendiri mulai mempelajari dan membudidaya ikan dewa sejak 2011. Saat itu awalnya dipicu oleh kepindahan tempat bekerjanya dari yang semula sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah kejuruan setingkat SMA pada 2004 ke UPTD Dinas Pertanian Sumedang pada 2011.
Dari situ, ia pun mulai mempelajari bagaimana cara membudidayakan ikan dewa dengan menggandeng para penyuluh.
"Dari situ saya belajar, terus belajar bahkan saya sampai belajar ke Balai Riset di Bogor pada 2017 demi kelestarian ikan dewa ini," terangnya.
Kemudian pada 2018, berbekal dengan 15 ekor indukan ikan dewa, ia pun secara intensif mulai mempraktekkan ilmu yang dipelajarinya terkait dengan cara pemijahan (proses mengawinkan ikan jantan dan betina) bagi ikan dewa.
"Alhamdulillah dari situ saya berhasil membudidayakannya atau memperbanyak, dari yang tadinya hanya 15 ekor ikan jadi ratusan ekor ikan dewa," ucapnya.
Hingga pada akhirnya, ia pun sudah mulai dapat mengumpulkan stok ikan dari 2018 hingga 2020. Kurun waktu 2 tahun itu sebagaimana proses usia perkembangan ikan dewa dari mulai benih hingga siap panen atau dewasa.
![]() |
Ia sendiri baru mulai memasarkan atau menjual ikan dewa yang berhasil dibudidayakannya pada akhir 2020. Ikan dewa yang dijual, ada yang bersifat untuk kebutuhan budidaya atau dijual benih, ada juga yang dijual untuk kebutuhan konsumsi.
"Untuk benih seukuran 3 sampai 4 centimeter dijual dengan harga kisaran Rp 4 ribu sampai Rp 6 ribu, kalau untuk konsumsi harganya kisaran Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta per kilogramnya," paparnya.
Dalam setiap bulannya, ia menargetkan dapat membudidayakan benih ikan dewa sebanyak 5.000 ekor hingga 20.000 ekor.
"Saya memang fokusnya di penjualan benih ikan untuk budidaya, kalau ada yang butuh ikan untuk konsumsi bisa juga di sini tapi kalau tidak ada, saya ambil dari mitra saya," terangnya.
Dari hasil budidayanya itu, ia telah sukses memasarkan bukan hanya kepada pasar domestik bahkan luar negeri untuk kebutuhan benih ikan dewa.
"Kalau pasar lokal biasanya saya menjual ke Jakarta, Bogor, Jawa Tengah Jawa Timur dan ke sejumlah wilayah lainnya di Indonesia, kalau ekspor kita ke Malaysia, Singapura dan Hongkong," ucapnya.
Berkat kegigihannya itu, ia kini telah memiliki omzet rata-rata setiap bulannya pada kisaran Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. Bahkan, ia mengaku sempat meraup omzet hingga Rp 100 juta dalam sebulan.
"Ikan dewa ini paling laris saat menjelang imlek, karena ada salah satu tradisi di Cina yang menjadikan ikan dewa sebagai menu makanan," ucapnya.
(yum/yum)