Tak ada habisnya membahas keunikan di Kota Bandung. Bahkan jalanan yang terlihat biasa saja memiliki cerita dan ciri khasnya masing-masing.
Salah satu jalan yang menarik di Bandung ialah Jalan ABC di Kecamatan Braga. Di jalan ini berjejer kios dan pertokoan yang menjual beragam barang elektronik. Namun di luar pertokoan itu, banyak juga para penjual kacamata kaki lima.
Jalan ABC dimulai dari Jalan Otto Iskandardinata dan berujung di Jalan Banceuy. Jalan satu arah ini tampak sibuk di pagi hingga sore hari. Suara knalpot dan klakson kendaraan selalu terdengar di jalan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sepanjang Jalan ABC, penjual kacamata kaki lima berjejer. Dengan bermodalkan etalase kaca berukuran sedang hingga besar, para penjual kacamata ini selalu menawarkan dagangannya kepada pejalan kaki yang melintas.
Hal itu dilakukan semua penjual kacamata, termasuk Apip. Apip sudah sejak 2013 menjual kacamata di Jalan ABC. Ia memajang kacamata di dalam etalase kaca tepat di pinggir Jalan ABC.
Sembari membersihkan frame dan lensa kacamata yang ia jual, Apip sesekali memanggil dan menawarkan kacamata kepada pengguna jalan. Ia tak menghiraukan meski upayanya itu tidak digubris.
"Kacamatanya teh, kang. Lihat-lihat dulu boleh," kata Apip kepada pejalan kaki.
DetikJabar pun menghampiri Apip yang sedang menjaga lapaknya seorang diri. Api mengatakan penjualan kacamata mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19 melanda.
"Turun ayeuna (Turun sekarang) habis pandemi," ujarnya.
Kacamata yang dijual Apip tersusun rapi di dalam etalase dengan berbagai merek. Ia menjual kacamata itu dengan harga relatif terjangkau, kisaran Rp 150 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung jenis frame dan lensanya.
![]() |
Menurutnya saat ini dalam sehari, ia rata-rata bisa menjual dua hingga tiga frame kacamata. "Penjualan kacamata naik turun. Sebelum pandemi mah minimal jual enam frame, sekarang mah dua, tiga frame," ungkapnya.
Berjualan sejak pagi hingga sore hari, Apip yang merupakan warga asli Garut ini menjelaskan jika kualitas kacamata yang dijual tidak kalah dibanding dengan toko khusus yang menjual kacamata.
Bahkan Apip berani mengadu kualitas kacamata dagangannya dengan toko-toko tersebut. Kacamata yang dijual Apip diketahui berasal dari Jakarta dengan kualitas premium.
"Hampir sama kaya di optik kecuali yang merek original. Berani ngadu walaupun kaki lima, kualitas frame-nya berani diadu," cetus Apip sambil tersenyum.
Yang menarik dari para penjual kacamata di sepanjang Jalan ABC adalah mereka hampir semuanya mempunya alat khusus untuk memeriksa kondisi mata apakah mengalami gangguan atau normal.
Menurut Apip, Jalan ABC menjadi satu-satunya daerah di Jawa Barat bahkan Indonesia yang dipenuhi penjual kacamata kaki lima namun lengkap dengan alat periksa mata.
"Tukang kacamata yang bisa periksa mata pakai alat ya cuma di ABC, karena turun-temurun dan semua yang jualan punya alat," ujar Apip.
Ia juga menuturkan, sejarah Jalan ABC ramai dipenuhi penjual kacamata berawal dari keberadaan rumah sakit khusus mata pertama di Indonesia yang berada di Cicendo, Kota Bandung.
Baca juga: Penyebab Bandung Tak Punya Kawasan Pecinan |
"Ceritanya sejarahnya setahu saya di Indonesia rumah sakit mata pertama itu di Bandung, di Cicendo," tutup Apip.
Jalan ABC sendiri diketahui merupaka singkatan dari tiga etnis yang dulunya bermukim disana, yakni Arabian (A), Bumiputra (B) dan Chinese (C).
(bba/orb)