Menunggangi kuda di daerah perkotaan tentu memberikan sensasi tersendiri. Kuda seolah membawa penunggangnya berkeliling ke masa lampau dimana belum ada kendaraan bermotor.
Sensasi tersebut dapat dirasakan di sekitar Taman Ganesha, Coblong, Kota Bandung. Ada beberapa kuda tunggang yang dapat dinaiki untuk merasakan kesejukan Taman Ganesha.
Salah satu kuda tersebut bernama Monika. Monika merupakan kuda tunggang milik Atang (77) yang sudah akrab dengan Taman Ganesha sejak tahun 1960-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah 60 tahun lebih Atang menjalankan bisnis kuda tunggang di Taman Ganesha. Saat pertama kali menjalankan bisnis itu, Atang masih menginjak kelas 4 sekolah dasar.
"Saya di sini dari tahun 60-an, waktu masih kelas 4 SD, lebih dulu daripada Masjid Salman," ucap Atang yang ditemui di Taman Ganesha, Kamis, (18/8/2022).
Atang mengaku Monika merupakan kuda kesembilan yang dijadikan kuda tunggangnya. Sudah 15 tahun lamanya Atang dan Monika bersama di Taman Ganesha. Hanya butuh waktu satu minggu untuk melatih Monika menjadi kuda tunggang.
Atang menyebutkan dahulu pada tahun 1960-1990an bisnis kuda tunggang ini masih cukup ramai. Kini, tidak banyak orang yang tertarik menunggangi kuda. Terlebih lagi kuda tunggang mulai tersebar di beberapa titik di Kota Bandung.
"Udah nggak rame sekarang mah, udah banyak kuda di tempat lain," tambah Atang yang berusia sama dengan negara Indonesia.
Bahkan, saat ditemui pukul 11 siang Atang belum mendapatkan satupun pelanggan. Padahal ia tidak mematok harga pasti bagi yang ingin menunggangi Monika.
"Harganya kadang Rp 20 ribu, Rp 30 ribu, Rp 40 ribu, atau Rp 50 ribu, gimana orangnya aja," ucap Atang.
Sepinya pelanggan ini juga membuat Atang harus menjual beberapa kudanya. Namun, ia tetap bersyukur karena pendapatan dari kuda tunggang yang tersisa ini masih cukup untuk menghidupi keluarganya.
Atang mengaku memiliki tujuh anak yang dulunya setiap anak memiliki masing-masing satu kuda. Namun, kini kuda sudah habis dijual untuk membantu perekonomian keluarga Atang.
Sejak dahulu keluarga Atang selalu dekat dengan kuda. Bahkan hal tersebut diteruskan oleh anak-anaknya.
"Dulu kakek saya juga bisnis kuda, sekarang anak saya ada bisnis jual beli kuda, ada juga yang ngurus kuda balap di pacuan," tutur Atang.
Selain bisnis kuda tunggang, Atang juga mengaku sempat menjalankan delman selama dua tahun. Hal tersebut tidak bertahan lama karena kalah dengan transportasi modern lain.
Atang dan Monika dapat ditemui di Taman Ganesha setiap hari sampai pukul 4 sore. Setelah itu ia akan pulang ke Lembang sementara Monika dititipkan di Dago.
(orb/orb)