Perjuangan Imam dan Si 'Geboy' Berburu Rupiah

Serba-serbi Warga

Perjuangan Imam dan Si 'Geboy' Berburu Rupiah

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 13 Agu 2022 22:30 WIB
Imam, kusir delman asal Kabupaten Bandung.
Foto: Imam, kusir delman asal Kabupaten Bandung (Sudirman Wamad/detikJabar).
Bandung -

Pagi cerah di Bandung membuat Imam (31) semangat beraktivitas. Imam optimistis, perjalanannya dari Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, menuju Kota Bandung, bisa membawa pulang Rupiah.

Imam berangkat bersama Si Geboy, kuda gagah yang menemaninya sudah lebih dari 10 tahun. Geboy, nama yang dipilih Imam untuk kuda kesayangan. Sebab, kata Imam, kuda miliknya itu saat berjalan meliuk-liuk, orang Sunda menyebutnya 'ngegeboy'.

Geboy adalah warisan dari kakek Imam, Rasidi yang telah wafat. Imam pun memilih meneruskan perjuangan kakeknya, yakni menarik delman. Kala berbincang dengan detikJabar, Imam dan Geboy tengah beristirahat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baru sampai sini (Jalan Kejaksaan), ya nanti mau ke Braga dan Alun-alun Bandung. Istirahat dulu, Geboy juga istirahat," kata Imam sembari menyeruput teh manis hangat di pinggir Jalan Kejaksaan Bandung, Sabtu (13/8/2022).

Imam baru selesai menyantap sepiring nasi. Ia bersyukur hari ini begitu cerah. Akhir pekan yang cerah adalah momen yang paling diidam-idamkan Imam dan Geboy.

ADVERTISEMENT

"Kalau hujan mah susah narik. Kan penumpang rata-rata nggak mau naik kalau hujan," ucap Imam.

Imam kerja serabutan di kampungnya. Setiap akhir pekan, ia datang ke Kota Bandung untuk mencari untung. Geboy menjadi partnernya. Penghasilannya sebagai kusir tak menentu.

"Kadang dapat tiga tarikan, kadang lima tarikan. Tergantung, ya kalau dibanding dulu mah, ramaian dulu," kata Imam.

Tarif menumpang delman Si Geboy itu beragam, tergantung jumlah penumpangnya. Bisa Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu. Meski wisatawan yang menumpang kita sedikit, Imam tetap setia untuk membawa Geboy ke Alun-alun Kota Bandung dan Jalan Braga.

"Kadang ke Asia Afrika, kadang keTamblong juga," ucap Imam.

Tak Akan Mati Ditelan Zaman

Imam mengaku sedih ketika tak mendapatkan penumpang sama sekali. Selain uang yang tak ia dapatkan, kesedihan itu datang karena delman mulai ditinggal sebagai transportasi atau wahana wisata.

Kendati demikian, Imam selalu berpegang pada prinsip yang diajarkan almarhum kakeknya. Dalam kondisi apapun, Geboy dan Imam harus keluar rumah. Harus menunjukkan diri kepada masyarakat. Menunjukkan bahwa delman masih ada.

"Kalau tidak keluar, masyarakat takutnya menganggap delman sudah tidak ada. Jadi harus keluar rumah," kata Imam.

Hasil menarik delman ia gunakan untuk membantu keluarganya. Kusir yang masih jomblo itu mengaku hidup bersama neneknya.

"Dari SD sering diajak kakek narik. SMP mulai bawa sendiri. Hingga akhirnya meneruskan kakek," kata Imam.

Ia berharap masyarakat tetap mencintai delman. Meski transportasi telah berkembang. Persaingan semakin ketat. Imam tetap optimistis, delman tak mati ditelan zaman.

"Masyarakat harus tetap tahu, harus tahu kalau masih ada delman," ucap Imam.

Halaman 2 dari 2
(sud/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads