Viral Warga Bekasi Kecewa Usai Belanja Lobster di Sukabumi

Viral Warga Bekasi Kecewa Usai Belanja Lobster di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Senin, 15 Agu 2022 19:00 WIB
Viral Warga Bekasi Dapat Pengalaman Buruk Saat Belanja Ikan di PPNP Palabuhanratu
Viral Warga Bekasi Dapat Pengalaman Buruk Saat Belanja Ikan di PPNP Palabuhanratu (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Unggahan tiktok pemilik akun @Nengbbw_tea viral, ia menceritakan pengalaman buruk saat berbelanja di tempat penjualan ikan di area Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP) atau Dermaga Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Dilihat detikJabar, video yang dibuat beberapa part itu salah satunya sudah ditonton sebanyak 400 ribu kali dan disukai oleh 13 ribu warganet lainnya. Unggahan video berdurasi 3 menit itu menceritakan pemilik akun yang mengaku mendapat tindakan tidak menyenangkan saat berbelanja lobster.

"Jadi guys baru aja aku dapat tindakan tidak menyenangkan banget di Palabuhanratu, tepatnya di dermaga pelelangan ikan," kata pemilik akun yang diketahui bernama Adelia tersebut. Ia mengizinkan detikJabar mengutip narasinya di akun tiktok miliknya, Senin (15/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihubungi detikJabar, warga Bekasi itu menceritakan pengalaman buruknya itu terjadi pada saat ia mendatangi pelelangan ikan pada Minggu (14/8/2022). Ia sendiri mengaku sudah beberapa kali mengunjungi Palabuhanratu dan pernah berbelanja di area PPNP namun tidak pernah mendapat masalah.

Adelia mengaku tidak mendapat pengalaman buruk di kali pertamanya berbelanja di tempat tersebut. Bahkan saat pertama itu lobster yang ia beli banyak yang menitip karena kondisinya hidup dan masih segar. Ia juga mengaku saat itu membeli lobster seharga Rp 200 ribu dengan kondisi segar.

ADVERTISEMENT

"Ceritanya kemarin itu aku pergi ke langganan yang pertama itu ternyata enggak ada kosong lobsternya habis katanya. Saya keliling lagi memang banyak banget calo nya disana itu kan, kita seperti dikerubungin gitu banyak yang nawarin. Kayak bapak-bapak yang pegang kulakan gitu, saya bilang enggak pak sedang nyari lobster," katanya.

"Terus dia bilang mau lobster apa mutiara atau lobster apa, saya bilang cari lobster gajah. Katanya ada lobster gajah tapi di kita sedang habis nanti diambilin. Saya nanya untuk menegaskan lobsternya hidup kan kata saya. Cari yang hidup yang masih fresh . Kata mereka oh ada yang hidup yang fresh ngomongnya cepat gitu penjual di sana," sambungnya.

Saat itu, Adelia juga menegaskan bahwa ia ingin membeli sebanyak 3 kilogram lobster. Dengan harga yang ia inginkan sebesar Rp 200 ribu perkilogram. Namun ia mendapat penawaran harga lobsternya Rp 250 ribu. Adelia pun membandingkan dengan harga sebelumnya yang ia dapatkan sebesar Rp 200 ribu.

"Aku duduk disitu katanya harganya Rp 250 ribu, yaelah aku bilang gitu biasanya juga Rp 200 ribu di abang sebelah kayak gitu. Memang agak jauh dari tempat langganan aku ke dia? Katanya lagi langka gini-gini-gini, padahal lobster gajah memang murah kan di sana. Sekitaran Rp 200 ribu paling mahal apalagi kalau Rp 150 ribu sekilo, karna dia gede jadi kadang sekilo dapat 1 atau 2 biji. Akhirnya aku bilang pokoknya Rp 200 ribu aku pesan 3 kilogram," kata Adelia.

Singkat cerita, selain membeli lobster Adelia juga membeli ikan Kue dengan kesepakatan harga Rp 55 ribu. Ia memesan sebanyak 2 kilogram. Namun saat itu Adelia merasa dipaksa untuk membeli 3 kilogram dan barus membayar dengan berat ikan sebanyak itu.

"Pas duduk, aku melihat ikan kue, berapa mas kata dia Rp 65 ribu, aku tawar Rp 50 ribu, saya pesan 2 kilo kata dia deal di 55 ribu. Nah aku pesan 2 kilo sama dia dimasukinnya 3 kilo. Padahal kan pembeli berhak ya kalau 2 kilo ya 2 kilo saja ya, dimasukin 3 kilo dan harus bayar 3 kilo, saya bilang enggak saya butuhnya 2 kilo. Kata dia ya udah teh 3 kilo aja dia maksa gitu kan," cerita Adelia.

Setelah menunggu lama, lobster yang ditunggu akhirnya datang. Namun saat itu Adelia melihat kondisi lobster sudah dalam keadaan mati dan di es karena sudah masuk freezer. Padahal di pembicaraan awal sudah ada permintaan lobster dalam keadaan hidup dan segar.

"Saya lihat kata dia kan lobsternya masih hidup fresh ya ternyata lobstermya bekuan yang datang kayak di freezer begitu. Sementara saya butuh yang hidup yang masih fresh sesuai janjinya dia. Kok lobsternya gitu sih, saya bilang enggak jadi beli aja, dia bilang tenang aja teh ini masih fresh, matinya juga mati beku bukan mati gimana-gimana," ujarnya menirukan penjelasan penjual.

Adelia sempat menolak untuk membeli setelah melihat kondisi lobster, namun saat itu penjual sudah memasukan lobster ke dalam boks stereofoam yang dia bawa. Bahkan soal harga yang menurutnya sudah sepakat Rp 200 ribu tiba-tiba naik menjadi Rp 250 ribu dan dengan kiloan sebanyak 3,5 kilogram padahal Adelia mengatakan ia meminta hanya 3 kilogram.

"Saya bilang enggak jadi beli, sama dia dimasukin dikasih es batu di dedeut ke boks aku. Aku bilang Rp 200 ribu, kata dia Rp 250 ribu dong teh, enggak bisa begitu kata dia ini sudah murah banget kita nombok dong. Saya bilang udah deal Rp 200 ribu, suamiku juga udah dengar kok Rp 200 ribu, suami aku mau marah gimana itu orang ngerumunin gitu. Enggak bisa teh katanya Rp 250 ribu. Namun ketika ngasih bon semuanya Rp 1 juta lebih," ujarnya.

"Kemudian, kata dia ini 3,5 kilo ya bukan 3 kilo. Pokoknya ini 3,5 kilo totalnya Rp 800 ribu berapa gitu, sama (ikan) Kue tadi totalnya Rp 1.040.000. Kalau menurut aku untuk yang pendatang jangan kayak gitu lah, kalau udah deal di awal kenapa ngasih bon (lobster) Rp 250 ribu (perkilo), kalau memang fresh ya fresh bukan yang beku. Maksud aku seafood itu enak dimakan fresh," katanya.

Tanggapan Paguyuban Pemasar Ikan

Sementara itu, saat dikonfirmasi detikJabar, Ketua Paguyuban Pemasar Ikan Palabuhanratu di area PPNP Suhendar menyampaikan permintaan maaf atas pengalaman kurang enak yang didapat oleh pengunjung atau pembeli di kawasannya.

"Atas nama ketua paguyuban pemasar ikan Palabuhanratu di wilayah PPNP ingin meluruskan apa yang viral di Media Sosial, saya ingin jelaskan namun pertama kami mohon maaf atas pengakuan pembeli yang kemudian viral di medsos. Namun saya juga ingin menjelaskan kejadian sebenarnya di lapangan," kata Suhendar kepada detikJabar.

Suhendar berkali-kali meminta maaf karena ada pembeli yang mendapatkan masalah saat berbelanja ikan di kawasan PPNP. Ia juga menjelaskan bahwa apa yang dikatakan oleh warganet tersebut tidak benar dan ia juga tidak bermaksud mengada-ada atas penjelasan yang akan dia ceritakan.

"Posisi antara pedagang dan pembeli yang saya cek itu tidak benar dan saya juga mohon maaf bukan saya mengada-ada, saya mohon maaf yang sebesar besarnya. Perlu diketahui saya bertanggung jawab karena di media sosial (ada kabar) yang kurang enak didengar, tentunya merugikan para pembeli," ujarnya.

"Pembeli kemarin itu salah paham, bukannya (pedagang) memaksa, harus bayar Rp 250 ribu perkilo bukan seperti itu. Dia menjual dan menawarkan apa adanya, pembeli juga ada haknya kalau berani beli silahkan kalau enggak ya jangan toh enggak apa apa," katanya.

Suhendar mengaku berharap ketika ada permasalahan jangan lantas diviralkan tanpa adanya fakta atau penjelasan dari pihak pedagang. Menurutnya dalam aturan berjualan, para penjual ikan diwajibkan mencantumkan nomor yang bisa dihubungi ketika pembeli merasa kurang puas atau kecewa dengan pelayanan dan perilaku pedagang.

"Jangan sampai diviralkan di media sosial, saya juga enggak enak sebagai pemasar. Sekali lagu Mohon maaf sebelumnya pada si ibu, kalau pelayanan pedagang Palabuhanratu ini kurang enak. Di situ sudah dikasih tahu kalau ada apa-apa dicantumin nomor pedagang. Kalau tiba-tiba ramai di medsos yang rugi kami dan masyarakat jujur saja kami juga tidak mau merugikan pembeli," tutupnya.

(sya/yum)


Hide Ads