Setia Meski Sepi hingga Ranjang Tak Biasa di Jalan Bogor

Cerita Warga Biasa

Setia Meski Sepi hingga Ranjang Tak Biasa di Jalan Bogor

Cornelis Jonathan Sopamena - detikJabar
Rabu, 20 Jul 2022 08:30 WIB
Aktivias pasar besi di Jalan Bogor.
Aktivitas di pasar besi Jalan Bogor, Kota Bandung. (Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar)
Bandung -

Hiruk-pikuk Jalan Ahmad Yani di Kota Bandung pada siang hari begitu meriah. Empat lajur jalan satu arah membentang dari ujung kiri hingga ujung kanan jalan. Di tengah kondisi riuhnya Jalan Ahmad Yani, gemuruh gerinda yang tengah membelah besi terdengar nyaring dari Jalan Bogor.

Jalan Bogor terletak di sebelah kanan jalan, sekitar 50 meter dari pom bensin Pertamina 34-40249. Di sepanjang Jalan Bogor dapat ditemukan puluhan tukang, pengrajin, dan penjual besi. Selain toko besi, terdapat pula beberapa toko yang menjual dan menawarkan servis pompa air tipe jet pump.

Bapak melakukan servis pompa air dari semenjak belum punya motor sampai punya motor, belum punya rumah sampai punya rumah, alhamdulillah sampai bisa punya tiga anak jugaDede Rukmana, penyedia jasa servis pompa jet pump.

Salah seorang yang mencari rezeki di Jalan Bogor ini adalah Dede Rukmana (64). Ia menyediakan jasa servis dan menjual pompa air jet pump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang sedari kecil tinggal di Jalan Bogor ini menyatakan bahwa bentuk pasar besi ini tidak pernah berubah. Tampilan depan toko berwarna hijau dengan lebar sekitar 1,5 meter sudah menjadi ciri khas sejak dulu.

Dede mulai menggeluti bidang servis pompa air sejak tahun 1986. Ia mengawali ketertarikannya terhadap pompa air setelah diajak bergabung bekerja bersama kakak iparnya.

ADVERTISEMENT

"Kalau semua saudara (bapak) itu menggelutinya di bidang pengelasan, yang mengerjakan pompa itu cuma bapak sendiri," tutur Dede kepada detikJabar, Selasa (19/7).

"Bapak melakukan servis pompa air dari semenjak belum punya motor sampai punya motor, belum punya rumah sampai punya rumah, alhamdulillah sampai bisa punya tiga anak juga," lanjutnya.

Aktivias pasar besi di Jalan Bogor.Toko milik Dede Rukmana di Jalan Bogor. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar

Menurut Dede, pasar besi Jalan Bogor ini paling ramai dan terkenal sepanjang tahun 1980 hingga 2000-an. Selain di Jalan Bogor, pasar besi lainnya dapat ditemukan di Jalan Jatayu, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

Sayangnya, pompa air tipe jet pump sudah tidak lagi menjadi primadona. Dede menyampaikan peran pompa air di mayoritas rumah sudah digantikan dengan pompa air tipe submersible pump.

"Semenjak ada submersible (pump), jenis pompa kecil yang dangkal semacam jet pump itu menjadi kurang laku. Dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan, paling hanya terjual satu. Kalau zaman dulu, setiap hari ada yang beli atau servis," ucap bapak tiga anak tersebut.

"Kalau bapak lihat sih zaman sekarang orang sudah malas untuk beli barang bekas, terutama untuk jet pump. Apalagi harga baru submersible itu lebih murah ketimbang harga baru jet pump," tambah Dede.

Meski pompa jenis submersible lebih murah, menurutnya ada kekurangan tersendiri. Sebaliknya, tipe jet pump memiliki kelebihan.

"Repotnya, submersible itu tidak bisa diperbaiki. Kalau jet pump itu semisal rusak masih bisa diperbaiki bagian dinamonya. Biasanya kalau ada orang yang menjual submersible itu bapak nggak beli walaupun alatnya bisa nyala. Soalnya, ketika dipasang itu airnya seringkali tidak mau naik," ujarnya.

Kelebihan lain dari submersible pump adalah anti maling, tidak berisik, dan bisa menyuplai air dengan cepat. Sebagai perbandingan, submersible pump dapat menyuplai 1.000 hingga 2.000 liter air dalam waktu 10 menit. Jet pump membutuhkan sekitar satu jam untuk menyuplai air dengan debit yang sama.

Hingga kini, Dede masih menerima servis dan menjual jet pump bekas meskipun tidak banyak konsumen. Untuk membantu menambah pemasukan, Dede juga menjual pipa besi yang dapat digunakan untuk alat sumur bor.

Aktivias pasar besi di Jalan Bogor.Toko milik Dede Rukmana di Jalan Bogor. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar

Mundur beberapa tahun ke belakang, Dede mengaku memiliki beberapa karyawan. Namun, kini ia mengerjakan servis jet pump tersebut sendirian.

Hal itu tidak terlepas dari hantaman pandemi. Sebab, di masa pandemi, mencari uang jauh lebih sulit, termasuk pada bidang usaha yang digeluti Dede.

Ia pun harus rela melepas para pegawainya. Sebab, ia tak mampu membayar mereka. Kondisi itu merupakan yang tersulit dialaminya.

"Mereka kan nyari duit, bukan nyari kerja. Jadi, bapak mesti bayar, padahal tidak dapat duit, repot. Pokoknya semenjak Covid itu wah mencari duit itu setengah mati susahnya," tutur Dede.

"Ini pompa juga banyak yang bapak bongkar, soalnya nggak laku. Setelah di bongkar itu paling jadi besi tua rongsok. Terus terang, dari tahun 1986 sampai sekarang servis dan jual pompa itu sekarang merupakan masa yang paling sulit," imbuhnya.

'Penakluk' Besi

Salah satu anak Dede juga memiliki kios di pasar besi Jalan Bogor. Berbeda dengan orang tuanya, Dadan (41) memilih fokus dalam bidang pembuatan pagar, kanopi, dan teralis. Dalam pengerjaannya, Dadan ditemani salah satu rekannya yaitu Gugun (52).

Dadan lalu berbagi cerita seputar pekerjaannya. Menurutnya, konsumen biasanya datang langsung untuk memesan pagar yang diinginkan. Setelah itu baru pengerjaan pembuatan pagar dilakukan.

"Kalau konsumen biasanya langsung datang ke sini untuk pesan pagarnya ingin dari bahan apa dan modelnya seperti apa. Kemudian di sini prosesnya mulai dari dilas, cat, lalu finishing. Setelah selesai finishing itu baru dibawa dan dipasang ke alamat konsumen," ujar Dadan.

"Biasanya kalau pesan pagar itu udah sekalian sama finishing dan pasang. Namun, ketika sampai di alamat konsumen itu biasanya sama tukang juga. Kalau untuk pintu dorong kan mesti ada pengecoran, itu biasanya sama tukang sipil," lanjutnya.

Pernah waktu itu ada mahasiswa minta dibuatkan ranjang anti gempa. Jadi ketika ada guncangan itu kasurnya bisa jatuh ke tanah dan nanti ada muncul pelindung di atas kasurnya. Bentuknya jadi seperti peti gituDadan, penyedia jasa pengelasan.

Harga yang diberikan tergantung dari keinginan konsumen. Gugun menjelaskan jika bahan yang digunakan semakin banyak dan desain yang diinginkan semakin rumit, tentunya harga pun lebih tinggi.

Sebagai gambaran, harga pagar biasanya berkisar Rp 750 ribu. Tapi, jika rumit dan butuh banyak bahan, harganya bisa sampai Rp 1,5 juta.

Gugun lalu berkisah soal beragamnya keinginan konsumen. Bahkan, ada permintaan pengelasan yang cukup rumit dan unik. Pesanan seperti itu biasanya datang dari mahasiswa.

"Pernah waktu itu ada mahasiswa minta dibuatkan ranjang anti gempa. Jadi ketika ada guncangan itu kasurnya bisa jatuh ke tanah dan nanti ada muncul pelindung di atas kasurnya. Bentuknya jadi seperti peti gitu," jelas Dadan.

"Ini yang sekarang sedang dikerjakan ada mahasiswa minta dibuatkan rak piring dari besi yang setiap raknya bisa digeser," tambah Gugun.

Dadan menjelaskan di sepanjang Jalan Bogor mayoritas merupakan tukang dan pengrajin besi. Meski begitu, bisa juga ditemukan beberapa tempat servis pompa air dan penjual bahan besi meski jumlahnya tidak banyak.

Aktivias pasar besi di Jalan Bogor.Suasana pasar besi di Jalan Bogor. Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar

Sementara itu, biasanya tukang dan pengrajin besi di pasar besi ini juga tidak memiliki pemasok besi khusus, tetapi memasok dari penjual bahan di Jalan Bogor juga. Sedangkan untuk jam operasional, pertokoan di Jalan Bogor ini biasanya buka dari pagi hingga sore.

"Biasanya buka dari jam delapan (pagi), kalau tutupnya sekitar jam empat atau lima sore," tutup Dadan.

Halaman 2 dari 2
(ors/ors)


Hide Ads