Bicara soal kafe dan resto, Kota Bandung memang gudangnya. Dalam situasi pandemi COVID-19, banyak kafe dan resto bertumbangan. Meski demikian, ada juga kafe dan resto baru bermunculan, salah satunya Uncle Smoke House Prostreet di Jalan Setiabudi, Kota Bandung.
DetikJabar berkesempatan mewawancarai Co Founder Uncle Smoke House Prostreet Arief Danar tentang kiat membangun cafe dalam situasi pandemi dan perekonomian yang belum normal.
Arief mengatakan, sebelum membuka Uncle Smoke House Prostreet, ia sempat membuka Prostreet Cafe di kawasan Antapani. Karena sudah berpengalaman, Arief dapat mempertahankan usaha kulinernya meski pandemi COVID-19 masih terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini pengembangan dari tempat sebelumnya. Sebelumnya saya membuat kafe di Antapani, tapi ini lebih besar dan makanannya lebih lengkap," kata Arief.
![]() |
Saat disinggung mengapa produk daging yang dipilih, karena pelanggan kafenya merupakan member-member komuntas otomotif, Arief mengungkapkan burger, steak dan makanan sejenisnya dipilih karena proses memasaknya lebih simpel.
"Menu kita cocokin sama otomotif culture yang simple, ditambah softdrink, minuman kopi dan makanan burger, sama nasi sei sapi dan chicken strip. Lihat kultur anak-anak motornya, makan apa, minum apa," ungkapnya.
Menariknya, sebelum membuat kafe, Arief sudah memiliki banyak pelanggan dan calon pelanggan yang berasal dari member-member komunitas otomotif.
"Kita bukan basic bikin restoran, tapi turunan sendiri, ketika ngomongin smoke house dan daging-dagingan di Bandung sudah banyak. Betul (pelanggan sudah ada), orangnya itu sudah ada (member) dan jelas," ujarnya.
![]() |
Namun ia tak berpuas diri. Ia ingin makin mengembangkan usahanya. Salah satu tantangan bagi Arief adalah menyasar pelanggan yang berasal dari kalangan umum atau general.
"Riset kita kedepan gimana caranya anggapan 70 persen anak otomotif dan 30 persennya general, saya pengen nantinya 50:50," ujar Arief.
Pesan penting membangun bisnis. Simak di halaman selanjutnya.
"Sekarang kita baru mulai pikirin, awal tahun ini kita pikirin dengan serius. Kita manfaatkan kelebihan kita, nanti kita pikirkan konsep, gimick dan event (untuk ditangkap konsumen baru)," tambahnya.
Tidak sendiri, usaha kafe yang dibangunnya membutuhkan banyak SDM yang terlibat. Arief mendapatkan dukungan dari sekitar 20 karyawan, terdiri dari writers, kasir, kitchen sampai office boy dan mereka tiga shift.
Jam operasional kafe ini dibuka dari pukul 07.00-23.00 WIB. Saat disinggung mengapa jam operasional dibuka lebih pagi, Arief menyebut hal tersebut dilakukan karena lokasi kafenya ada di perlintasan warga yang pulang berolahraga di kawasan Lembang.
Ia juga ingin menyasar member-member komunitas otomotif nongkrong di hari minggu pagi atau kerap disebut sunmori alias sunday morning ride.
"Karena basic-nya kita dari komunitas, kita ingin beri campaign anak-anak olahraga yang running dan main sepeda, banyak nih yang turun dari Lembang," ujarnya.
![]() |
Saat disinggung, kunci sukses membuat bisnis kuliner, Arief menyebut salah satu faktor utamanya, yaitu pangsa pasarnya harus jelas.
"Kayak kita kan dari otomotif, setelahnya mau ke mana. Kan ada hitungan bisnis ya, kapasitas marketnya di mana. Saya juga harus butuh support dari yang general, makannya desainnya nggak motor banget, nggak terlalu otomatif, takutnya mereka yang general nggak nyaman dengan konsep ini," tegasnya.
Tak hanya itu, pemilihan lokasi usaha dan tempat parkir juga harus dipertimbangkan dalam memulai usaha kuliner khususnya kafe dan resto.