Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kian meluas penyebarannya di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB). PMK di sini terdeteksi sejak sebulan lalu.
Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) KBB mencatat hewan ternak yang terpapar PMK mencapai 8.415 ekor dengan 6.254 ekor di antaranya sudah sembuh. Kemudian 159 ekor ternak mati dan 240 ekor dipotong bersyarat.
"Jumlah itu terdeteksi muncul dari 49 desa dan 14 kecamatan. Saat ini hanya ada dua kecamatan yang masih nihil PMK, Cililin dan Sindangkerta," Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dispernakan KBB Wiwin Aprianti, Jumat (1/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wiwin mengatakan, akibat PMK, para peternak di Bandung Barat mengalami kerugian hingga Rp 9 miliar. Hal itu akibat ternak yang mati, dipotong bersyarat, hingga produksi susu yang merosot.
Baca juga: Jangan Lupa! Gaji ke-13 PNS Cair 1 Juli 2022 |
"Kerugian itu baik dari ternak yang mati maupun yang harus dipotong bersyarat dan susunya untuk sapi perah terhenti karena sapi dalam masa penyembuhan," kata Wiwin.
Wiwin mengatakan peternak yang sapinya dipotong bersyarat mengalami kerugian hingga Rp 6 juta per ekor. Sementara pada sapi yang telah sembuh kerugian bisa mencapai Rp 4 juta karena sapi menjadi kurang produktif.
"Kemudian taksiran kerugiannya ditambah lagi Rp 2,5 juta per ekor karena mengeluarkan biaya pengobatan," ujar Wiwin.
Sementara soal produksi susu, Wiwin mengatakan produksi susu sapi menurun secara signifikan hingga 30 ton dalam sehari akibat banyaknya sapi perah yang terpapar PMK.
"Iya menurun, biasanya sehari itu bisa 150 ton produksinya sekarang hanya 120 ton. Jadi menurun 30 ton," kata Wiwin.
Jumlah itu, kata Wiwin, dari tiga Koperasi Unit Desa (KUD) besar di Bandung Barat serta beberapa pengumpul susu. Kondisi tersebut bisa makin burk jika semakin banyak sapi terpapar PMK.
"Dari tiga KUD saja penurunannya itu 18 ton, kemudian dari lima pengumpul susu kalau dijumlahkan sampai 12 ton. Kalau terus bertambah (sapi terpapar PMK), produksi susu juga terus menurun," ucap Wiwin.
(ors/ors)