Thrifting, nama beken dari belanja baju bekas, kini jadi gaya hidup tersendiri bagi anak muda. Pasar Cimol Gedebage, Kota Bandung selalu jadi tujuan, sebab di sini bisa menemukan baju layak pakai dengan harga super miring.
Bahkan, jika beruntung tak jarang menemukan baju dengan brand luar negeri yang ternama. Jika di store asli bisa mencapai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah, di pasar Gedebage hanya cukup bayar Rp 25.000 atau paling mahal Rp 150.000.
"Aku beli celana, flannel, crewneck, dapet sekitar 6 potong dan cuma habis Rp 250.000. Memang di sini murah-murah banget makanya selalu ke sini biar dapat banyak," ujar Kiki Hermawan (24), salah satu pengunjung Pasar Gedebage yang datang bersama sepupunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal harga, Gedebage memang tak main-main murahnya. Kebanyakan pedagang mampu menjual di harga murah karena langsung membeli banyak dalam bentuk karung. Begitupun para pembeli, jika ingin menjual lagi maka beli dalam bentuk karungan atau ball.
"Biasanya yang datang ke sini banyak yang untuk dijual lagi, karena harganya murah. Kalau baru mau coba-coba atau pakai sendiri ya jelas beli satuan. Rata-rata Rp 25.000 sampai Rp 95.000 lah di sini harga sweater," terang Doni, yang berjualan di Gedebage melanjutkan bisnis Sang Ayah.
Doni tak mau bicara soal dari mana ia dapatkan stock pakaian bekas tersebut. Namun, ia mengaku omzet dalam sehari bisa tembus hingga jutaan Rupiah baik dari toko Gedebage maupun dari online.
"Sekarang lebih menguntungkan online, karena orang banyak yang lihat. Transaksi juga sebetulnya lebih murah kalau pembeli beli per ball, tapi memang butuh modal. Satu ball isi kurang lebih 200 baju harganya Rp 5-Rp 6 juta. Tergantung jenisnya," paparnya.
Sementara di Gedebage ada pula toko jaket bekas yang mengklaim bahwa juga menjual barang-barang merek ternama yang original. Harganya bisa dibilang cukup mahal untuk pasar baju bekas, yakni Rp 250.000-Rp 800.000.
"Ada merek seperti Nike, The North Face, itu paling dicari dan biasanya kalau bekas pun masih cukup tinggi harganya. Nah jadi bisa dijual sampai Rp 800.000, karena barang original," kata Dimas, salah satu karyawan toko di Gedebage.
Amankah Belanja Baju Bekas?
Baju bekas pastilah punya kualitas yang tak sebaik membeli baju baru. Maka masih diperlukan sortir ulang oleh calon pembeli, guna memastikan barang yang diperoleh tidak cacat.
"Aku tidak terlalu perhatikan mereknya, tapi kualitasnya. Selalu sortir ulang, di cek jangan sampai baju yang dipilih itu sobek, berlubang, atau ada noda. Karena biasanya susah hilangkan nodanya," terang Kiki.
Sementara untuk kebersihan, dilansir dari detikFinance, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Veri Anggrijono mengatakan bahwa hasil penelitian Kemendag menunjukkan baju bekas impor mengandung bakteri yang tidak baik bagi tubuh manusia. Bahkan, ia bilang ketika baju itu sudah dicuci berkali-kali, bakteri yang ada di baju tersebut tidak hilang.
Terkait hal tersebut, Kiki rupanya sudah mengetahui hal ini. Ia mengatakan bahwa memang kabar tersebut banyak beredar di telinga para pecinta thrifting. Meskipun begitu, kabar itu tak membuat banyak yang kapok untuk membeli baju bekas.
"Karena sudah tahu kalau ada cara cucinya sendiri sih, namanya beli baju bekas. Biasanya cuci pakai air panas terus dicampur garam, baru dicuci lagi pake detergen. Harapannya sih supaya kumannya mati," tutur Kiki sembari tertawa.
Namun kualitas yang tak sempurna membuat cara cuci ini sedikit rentan merusak pakaian. Lagi-lagi, pembeli harus berhati-hati dalam perawatan baju bekas.
"Ada cara khususnya sih, jadi kadar panas disesuaikan juga dengan bahannya. Kalau bahan yang tebel mungkin air panas gapapa, kalau agak tipis bisa cukup air hangat aja," katanya menambahkan.
(mso/mso)