Warga Majalengka Ini Raup Cuan Lewat Bisnis Restorasi Helm

Warga Majalengka Ini Raup Cuan Lewat Bisnis Restorasi Helm

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Senin, 06 Jun 2022 03:01 WIB
Helm hasil restorasi warga Majalengka.
Helm hasil restorasi warga Majalengka (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar).
Majalengka -

Sebagian orang melihat barang bekas dan jadul, tidak memiliki nilai apa-apa. Namun, di tangan Heri Aprilyana, barang tersebut memiliki nilai seni bahkan bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.

Pemuda asal Dusun Iser, Desa/Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka itu, kini sukses menjadi seorang restorasi helm. Dia bahkan mampu memasarkan karyanya itu hingga ke luar negeri.

"Untuk pemasaran kayaknya udah pernah dari Sabang sampai Merauke juga. Kalau luar negeri, baru Malaysia satu kali," kata Heri saat berbincang dengan detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Helm hasil restorasi warga Majalengka.Heri memperlihatkan helm hasil restorasinya (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar).

Sedikitnya ada tiga jenis helm yang biasa dibuat Heri. Chif Warkop, Cakil dan Alves adalah jenis helm yang tersedia di tempat usaha yang diberinama 'Lapak Usang'.

Helm tersebut dibanderol dari mulai harga Rp 100 ribu. Selama sebulan, rata-rata penjualan helmnya itu kurang lebih 10 helm Heri keluarkan dari lapaknya itu.

ADVERTISEMENT

"Ada tiga macam, cuma beda-beda bentuk dan merk. Ya relatif kalau harga mah, dari mulai Rp 100 ribuan. Tapi itu gimana jenis helmnya, semakin unik dan semakin langka maka akan semakin lumayan harganya," ujar dia.

"Kalau ngejual secara pesanan mah belum. Kita jual yang ready di lapak aja, kang. Belum berani ke arah sana, takutnya nggak sesuai ekspektasi si pemesan," ucap dia menambahkan.

Heri menggeluti usaha restorasi helm ini sudah berlangsung selama delapan tahun lamanya. Lapak Usang miliknya itu berlokasi di Desa Paningkiran, Sumberjaya atau tepatnya di Perempatan Panjalin.

"Lapak ini sebenarnya tempat nongkrong temen-temen, kebetulan tempatnya kosong ya udah di tempati aja sama saya. Nah untuk penanaman lapak kenapa pakai nama 'usang' karena di pemikiran saya benda lawas bagi sebagian orang mungkin tidak berharga tapi di tangan orang yang tepat akan sangat bernilai," jelas dia.

(mso/mso)


Hide Ads