Fenomena langkanya minyak goreng curah dan mahalnya minyak goreng kemasan dirasakan oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Bahkan mereka terpaksa hingga gulung tikar lantaran sulitnya mendapatkan minyak goreng.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Ayi Jamiat.
"Banyak UMKM gulung tikar, seminggu dua minggu tidak jualan. Sempat ada yang lapor ke saya, 'Pak saya sudah dua minggu karena minyak sulit saya tidak bisa berjualan' akhirnya dia berhenti. Kemarin kan langka sekali, sebelum HET dicabut," kata Ayi kepada detikJabar, Senin (28/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya lalu menampung aspirasi warga agar kebutuhan minyak terpenuhi meskipun dengan harga yang tinggi. Beberapa UMKM, menyisiasati kondisi tersebut dengan menaikkan harga jual.
"Masukan dari masyarakat mending mahal daripada enggak ada barang. Lebih baik minyak mahal tapi ada, ya UMKM kalau misalkan tetap beroperasi paling harga jualnya naik yang penting perputaran ekonomi berjalan," ujarnya.
"Sekarang orang larinya ke minyak goreng kemasan, mungkin harga naik. Selisihnya Rp 14 ribu (HET dulu) dan sekarang Rp 24 ribu tinggal bagi ke produksi saja," sambungnya.
Setelah minyak goreng naik, Ayi menemukan minyak goreng curah langka setelah disubsidi pemerintah. Pihaknya mengupayakan agar dapat melaksanakan operasi pasar minyak pada bulan Ramadan nanti.
"Minyak curah sekarang juga hilang itu di pasaran. Minyak curah ini biasanya dicari karena harganya lebih murah, apalagi disubsidi. Karena langka sekarang kita masih menunggu dari pemerintah pusat untuk OPM, mungkin pertengahan Ramadan," pungkasnya.
(yum/bbn)