Kelangkaan minyak goreng kemasan masih saja terjadi. Padahal pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk menstabilkan stok minyak goreng kemasan.
Di Pasar Kosambi, Kota Bandung misalnya, para pedagang mengaku tidak lagi memiliki stok minyak goreng kemasan dengan harga murah sesuai yang ditetapkan pemerintah.
Para pedagang mengaku sulit mendapat pasokan minyak goreng kemasan seharga Rp 14.000 per liter. "Enggak ada (stok), sudah habis dari tiga hari kemarin," kata Sutisna salah seorang pedagang saat ditemui detikJabar, Selasa (8/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak adanya stok minyak goreng kemasan dengan harga murah itu kata Sutisna disebabkan karena lambatnya pasokan dari distributor. Walau ada, jumlahnya pun tidak banyak.
"Pengirimannya lambat, emang ada yang subsidi tapi pengirimannya lambat ada juga hanya beberapa. Kesulitan kami cari minyak kemasan ini, masyarakat kan maunya yang subsidi yang murah," ungkapnya.
Untuk mengatasi kosongnya stok minyak goreng, pedagang terpaksa harus memasok minyak goreng kemasan dari toko grosir dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Menurut Sutisna, minyak goreng kemasan non subsidi pemerintah ia jual seharga Rp 20.000 per liternya. Meski begitu, para pedagang juga tidak berani menyetok dengan jumlah banyak minyak goreng kemasan tersebut.
"Dijual per liter Rp 20.000 yang enggak subsidi, kalau subsidi kan Rp 14.000 ya. Itu juga paling stoknya 3-4 dus, yang penting ada aja dulu buat konsumen," ujarnya.
Kelangkaan minyak goreng ini terus dikeluhkan masyarakat. Mereka mengaku terpaksa harus membeli minyak goreng kemasan dengan harga yang jauh dari HET.
"Iya gimana lagi yang murahnya enggak ada, jadi beli yang ada aja meski harganya mahal, Rp 20.000 satu liternya," ucap Titin seorang pembeli.
Ia pun berharap pemerintah bisa segera mengatasi masalah ini. "Harapannya kalau bisa minyak jangan susah lah, kasihan masyarakat kecil," pungkasnya.
(bba/mso)