Dedi Mulyadi Sentil PTPN soal Alih Fungsi Lahan di Pangalengan Bandung

Dedi Mulyadi Sentil PTPN soal Alih Fungsi Lahan di Pangalengan Bandung

Yuga Hassani - detikJabar
Selasa, 16 Des 2025 13:52 WIB
Dedi Mulyadi Sentil PTPN soal Alih Fungsi Lahan di Pangalengan Bandung
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi saat mengunjungi Perkebunan Teh Malabar, Blok Pahlawan, Kecamatan Pangalengan, Selasa (16/12/2025). (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi geram melihat kondisi lahan perkebunan teh di Pangalengan, Kabupaten Bandung dialihfungsikan menjadi lahan sayuran. Aksi perusakan itu diduga dilakukan oleh sejumlah oknum masyarakat.

Kekecewaan Dedi Mulyadi disampaikan secara langsung kepada Regional Head PTPN I Regional 2 Desmanto, di Perkebunan Teh Malabar, Blok Pahlawan, Kecamatan Pangalengan, Selasa (16/12/2025). Menurutnya, perusahaan tersebut memiliki peran besar terkait adanya alih fungsi lahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya jujur saja, Pak. Penyebab rakyat berani karena PTPN salah sejak awal. Karena PTPN menyewakan tanah, rakyat jadi berani. Setelah diserang oleh rakyat, menangis tidak ada yang membantu. Tetapi jika pemprov juga mau membantu tanah PTPN untuk sekadar membangun, memberikan sewanya besar. Kelakuan itu harus diperbaiki. Ya saya harus jujur saja. Ya kan, saya mah terbuka, saya mah mencintai negara, mencintai tanah air. Itu saja," tegas Dedi.

Dedi mengungkapkan alih fungsi lahan di Pangalengan terjadi karena tidak adanya ketegasan dari PTPN. Akibatnya, masyarakat mengubahnya dari tanaman keras menjadi tanaman sayuran.

ADVERTISEMENT

"Pokoknya, tinggalkan perilaku busuk yang merusak alam. Itu saja. Harus berani, anak buah bapak yang melakukan kesalahan juga harus ditindak. Tidak boleh lagi. Kan kita ini dikasih amanah, jangan kalah sama Belanda mencintai negara," katanya.

Dedi mengaku tidak memedulikan tanah tersebut digarap oleh siapa. Namun, ia menegaskan tidak boleh ada hutan dan pohon yang hilang di muka bumi ini.

"Saya itu tidak peduli lah tanah digarap oleh siapa, oleh PTPN, oleh warga, saya tidak peduli. Kepedulian saya cuma satu: tidak boleh hutan dan pohonnya hilang. Digarap PTPN kalau menghilangkan pohon saya lawan. Digarap oleh bandar menghilangkan pohon saya lawan. Jadi yang saya jaga adalah kelestariannya bukan tanahnya. Saya tidak penting tanah punya siapa," tuturnya.

Regional Head PTPN I Regional 2 Desmanto mengakui, dari total lahan PTPN seluas 6.000 hektare, 1.500 hektare di antaranya telah dialihfungsikan menjadi tanaman seperti sayuran. Kondisi ini berdampak buruk terhadap resapan air.

"Iya, luas area kami hampir 6.000 hektare. Dari jumlah itu, sekitar 1.500 hektare sudah dialihfungsikan menjadi tanaman seperti sayuran. Hal ini menyebabkan limpasan permukaan (run off) yang tinggi dan pendangkalan di sungai. Tentu saja, kalau terjadi bencana biayanya akan jauh lebih besar daripada yang kita lakukan sekarang," kata Desmanto.

Pihak PTPN bertekad mengembalikan tanaman perkebunan tersebut menjadi perkebunan teh. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan resapan air di daerah lereng pegunungan.

"Kita kembalikan lagi ke tanaman perkebunan, dan kami siap bekerja sama dengan Pemkab. Kina, teh, dan kopi akan kami tanam kembali. Tentu ini pada komoditas-komoditas yang bersifat tahunan. Sehingga konservasi lahan ini bisa dikembalikan seperti awal," ucapnya.

(sud/sud)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads